Logo Bloomberg Technoz

Diketahui pada sebuah kesempatan di akhir kuartal I-2025 Tim Cook CEO Apple mengutarakan niat menghadirkan proyek energi bernilai US$99 juta saat berkunjung ke Beijing dan menegaskan komitmen perusahaan atas China “sedang berkembang.” Dua bulan setelah pernyataan Cook, regulator China menunda peluncuran fitur kecerdasan buatan generatif (AGI) Apple.

Meninggalkan China Berdampak ‘Mahal’

Langkah penarikan investasi akan sangat mahal, terang Fish, hingga jalan keluar bagi Apple adalah justru dengan mengurangi visibilitas tanpa sepenuhnya pergi dari pasar internasional terpentingnya selama ini.

Konfrontasi bukan solusi. Apple masih perlu ada di posisi baik dengan regulator di dua negara berseberangan antara Samudra Pasifik.

Jauh sebelum perang tarif Trump, Apple masuk dalam kesepakatan investasi lewat pembelian saham minoritas empat proyek pembangkit tenaga angin—sebagai upaya juga menjalankan strategi dekarbonisasi rantai pasoknya— bekerja sama dengan Goldwind.

Pada 2018, Apple mengumumkan bahwa perusahaan dan 10 pemasok China akan berinvestasi US$300 juta dalam China Clean Energy Fund. Dana tersebut memungkinkan modal Apple mencapai perusahaan yang terkait dengan negara dan wilayah yang berpotensi sensitif tanpa tercantum dalam dokumen publik.

Di antara penerima manfaat dana tersebut, yang tercantum dalam basis data pendaftaran bisnis China, terdapat China General Nuclear Power Group, sebuah perusahaan milik negara yang ditambahkan ke U.S. Entity List tahun 2019 karena hubungannya dengan militer.

Diketahui hari ini Apple memutuskan menutup toko ritel di Parkland Mall, Kota Dalian. Penutupan dilakukan karena adanya perubahan kondisi di pusat perbelanjaan tersebut, dilaporkan Bloomberg News. Mesti begitu Apple menjawab bahwa perusahaan tetap di China dan masih mengoperasikan lebih dari 50 jaringan ritel offline di Greater China. Kehadiran toko Apple di China mewakili lebih dari 10% total gerai yang tersebar di seluruh dunia. “Seiring dengan keluarnya sejumlah peritel dari Parkland Mall, kami memutuskan untuk menutup toko kami di sana.”

Pada bagian lain, langkah Apple dianggap menjadi sinyal kemunduran di tengah keinginan untuk menghidupkan kembali penjualan iPhone. China sendiri tengah menghadapi deflasi akibat pelemahan konsumsi, terganggunya ekspor efek tarif.

Secara keseluruhan, Apple kini tengah berupaya bangkit kembali di China. Penjualan di negara tersebut turun 2,3% menjadi US$16 miliar  pada kuartal kedua yang berakhir 29 Maret, di bawah perkiraan analis sebesar  US$16,8 miliar.

(far/wep)

No more pages