Logo Bloomberg Technoz

“Keputusan MSCI ini menghilangkan tekanan utama yang selama ini membayangi,” kata Mohit Mirpuri, mitra senior di SGMC Capital. Ia mencatat bahwa volume perdagangan saham-saham yang terkait dengan Prajogo kini termasuk yang tertinggi di Bursa Efek Indonesia.

Rebound tajam ini menunjukkan bagaimana struktur kepemilikan korporasi yang terkonsentrasi di Indonesia bisa memperkuat pergerakan pasar dan berdampak besar pada kekayaan pribadi. Pada Februari lalu, Prajogo kehilangan US$5,4 miliar hanya dalam satu hari. Bahkan pada September 2023, kerugian satu harinya mencapai US$5,9 miliar. Sejak tahun lalu, kekayaannya berayun tajam dalam skala miliaran dolar.

Pusat perhatian pasar saat ini adalah Barito Renewables, pemain utama di sektor panas bumi Indonesia, yang memiliki kapasitas lebih dari 800 megawatt melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal. Dalam upaya Indonesia — salah satu pengemisi karbon terbesar dunia — untuk mencapai target net zero pada 2060, peran perusahaan ini dinilai memberikan “dukungan valuasi jangka panjang,” menurut Herditya Wicaksana, analis teknikal di MNC Sekuritas.

Namun, lonjakan harga saham yang cepat ini juga menimbulkan kekhawatiran. Tahun lalu, Barito Renewables sempat masuk dalam daftar pengawasan Bursa Efek Indonesia dan anjlok pada bulan September setelah penyusun indeks FTSE Russell mengumumkan akan mengeluarkannya dari indeks karena konsentrasi pemegang saham yang tinggi, menghapus hampir US$12 miliar dari rekor kekayaan tertingginya senilai US$36,5 miliar.

“Kami kesulitan membenarkan besarnya lonjakan nilai pasar ini,” tulis Arnanto Januri, analis JPMorgan Chase & Co, dalam catatan tanggal 24 Juli lalu, menanggapi reli saham Barito Renewables, PT Barito Pacific, dan raksasa petrokimia PT Chandra Asri Pacific. “Kami curiga pasar terlalu optimis dalam menilai peluang pertumbuhan.”

“Ini benar-benar gila,” ujar Leonardo Lijuwardi, analis di NH Korindo Sekuritas Indonesia, membandingkan Barito Renewables dengan perusahaan panas bumi lain. Ia menyebut adanya tren “investasi konglomerat” di kalangan investor ritel, yang lebih memilih figur taipan ketimbang fundamental. “Ada yang disebut ‘efek Prajogo’,” tambahnya.

Juru bicara PT Barito Pacific, perusahaan induk Barito Renewables, menolak berkomentar mengenai kekayaan pribadi Prajogo dan mengatakan bahwa pergerakan saham di luar kendali perusahaan serta tidak mencerminkan perubahan signifikan dalam fundamentalnya.

Kepemilikan Terkonsentrasi

Prajogo, anak seorang pedagang karet, mendirikan Barito Pacific pada 1979 sebagai perusahaan kayu. Kini bisnisnya telah berkembang ke sektor petrokimia, energi, properti, perkebunan, dan kehutanan — dengan fokus utama saat ini pada pembangkitan listrik.

Entitas yang terkait dengan Prajogo — termasuk Barito Pacific dan Green Era (perusahaan keluarga yang dikelola oleh putrinya, Nancy) — memiliki sekitar 88% saham Barito Renewables. Sementara itu, pemegang saham eksternal terbesar yang diketahui adalah BlackRock Inc dengan kepemilikan hanya 0,07%, menurut data Bloomberg.

Kepemilikan terkonsentrasi adalah fenomena umum di pasar saham Indonesia. Puluhan perusahaan dengan free float rendah telah melonjak lebih dari 1.000% dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contohnya adalah DCI Indonesia, operator pusat data terbesar di Indonesia, yang sahamnya melesat lebih dari 120% bulan ini saja hingga memicu suspensi perdagangan. Empat orang menguasai hampir 80% saham perusahaan tersebut.

Bagi Prajogo, saham-saham perusahaan terkait namanya terus menarik perhatian investor karena “namanya masih punya pengaruh kuat di pasar,” ujar Wicaksana dari MNC Sekuritas.

PT Chandra Daya Investasi, yang mulai diperdagangkan awal bulan ini, telah melonjak sekitar 863%. Unit infrastruktur dari Chandra Asri Pacific ini menggalang dana sebesar Rp2,37 triliun dalam penawaran saham perdana (IPO), menjadikannya yang terbesar di Indonesia tahun ini.

Sementara itu, unit produsen batubara miliknya, PT Petrindo Jaya Kreasi, telah meroket sekitar 6.991% sejak melantai di bursa pada 2023. Saham Barito Pacific juga naik 127% dalam satu tahun terakhir.

(bbn)

No more pages