Logo Bloomberg Technoz

Sementara di pasar regional pagi ini, baht memimpin pelemahan mayoritas mata uang Asia, diikuti oleh won, yen, ringgit, dolar Singapura, yuan offshore. Hanya dolar Hong Kong yang masih bertahan menguat tipis.

"Ini merupakan pekan tersibuk yang terjadi di pasar," kata Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley. "Minggu ini bisa menentukan momentum pasar dalam waktu dekat," katanya, dilansir dari Bloomberg News.

Delegasi pejabat AS dan Tiongkok bertemu di Stockholm untuk perundingan dua hari yang ditujukan untuk memperpanjang gencatan tarif ketika batas waktu akan jatuh pada pertengahan Agustus. Dua negara telah menyelesaikan pertemuan pertama kemarin.

Pertengahan pekan ini, bank sentral AS, The Fed, juga akan mengumumkan kebijakan moneter mereka. Meski konsensus pasar bulat memperkirakan Fed fund rate masih akan bertahan di level saat ini yaitu 4,25%, akan tetapi pandangan dan komentar Gubernur Jerome Powell akan menjadi hal yang sangat ditunggu oleh pasar dalam menanti sinyal lanjutan kebijakan ke depan.

Dari dalam negeri, hari ini Kementerian Keuangan akan menggelar lelang rutin, Surat Utang Negara (SUN), dengan target indikatif Rp27 triliun. 

Lelang hari ini mungkin akan berlangsung sama hangatnya dengan gelar terakhir dua pekan lalu, kendati di pasar sekunder beberapa tenor cenderung terkena aksi ambil untung. Sentimen penurunan BI rate lebih lanjut kemungkinan masih akan mendorong animo investor.

Pada perdagangan sore kemarin, yield SUN 2Y terpangkas 2,1 bps. Sementara tenor 10Y naik 1,2 bps. Mayoritas yield SUN kemarin cenderung naik ketika rupiah kehilangan nilai sekitar 0,17%. Adapun kelegaan terkait tarif memberi dorongan pada aset ekuitas di banyak kawasan, tak terkecuali bursa Indonesia dengan IHSG ditutup menguat 0,94%.

Sinyal BI Rate

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, peluang penurunan bunga acuan BI rate lebih lanjut masih terus diupayakan. 

Bila inflasi tetap terjaga rendah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil dan ekonomi domestik membutuhkan dorongan, maka BI rate bisa turun lagi. 

Perry menjelaskan sejak September 2024 hingga Mei 2025, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali atau setara 100 basis poin. Saat ini BI rate berada di level 5,25%.

“Dasar pertimbangan [penurunan BI rate] adalah inflasi ke depan rendah dan akan tetap rendah. Akhir tahun ini IHK sekitar 2,5% dan inflasi inti sekitar 2,4%. Stablitas nilai tukar juga terjaga, dan kita perlu mendorong ekonomi. Jadi kebijakan suku bunga tetap konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi,” terang Perry.

Perry menjelaskan ke depannya BI masih membuka ruang pemangkasan suku bunga lebih lanjut. BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan capaian sasaran inflasi.

“Timing dan besarannya akan kami ukur sesuai dengan dinamika ekonomi global dan domestik. Arah kebijakan moneter ini sebagai bagian untuk sinergi membalikkan ekspektasi,” terang Perry.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil dan cenderung menguat pada Juni 2025. Penyebabnya, masuknya dana asing (capital inflow) hingga kebijakan devisa hasil ekspor (DHE).

Sepanjang tahun ini, investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih atau net buy di Surat Berharga Negara, sebesar Rp58,29 triliun hingga posisi 25 Juli 2025. Porsi kepemilikan asing meningkat di level 14,64%, dari posisi 30 Juni, yakni 14,56%.

(rui)

No more pages