Menurut beberapa narasumber, dalam rapat dengan stafnya, Trump seringkali bersuara paling moderat di ruangan itu.
Para pejabat pemerintahan menekankan bahwa Trump secara pribadi selalu menyukai Xi dan merujuk pada momen-momen di masa jabatan pertamanya saat ia tetap memberlakukan pembatasan ketat terhadap Huawei Technologies Co dan tarif terhadap sebagian besar ekspor China.
Strategi Trump yang berubah-ubah dan permulaan kebijakan agresif yang dijanjikannya telah mengkhawatirkan para pembuat kebijakan di pemerintahannya maupun para penasihat eksternal. Pekan ini hanya memperburuk kekhawatiran bahwa batas merah AS terhadap China yang sebelumnya tidak bisa dinegosiasi kini menjadi fleksibel.
Mengizinkan Nvidia Corp menjual kembali cip H20 yang ditujukan bagi pasar China dan kurang canggih—sesuatu yang sebelumnya disebut banyak pejabat senior tidak akan dipertimbangkan—mengubah pendekatan yang dinyatakan pemerintah AS sendiri untuk menjauhkan teknologi AS yang paling penting dari tangan Beijing.
Menteri Keuangan Scott Bessent bulan lalu menyebut pembatasan H20 sebagai bukti ketegasan pemerintah terhadap China saat didesak oleh para senator yang khawatir AS akan menukar semikonduktor canggih dengan mineral tanah jarang China.
Meski AS masih mewajibkan persetujuan untuk ekspor semacam itu—pembatasan yang ditolak mantan Presiden Joe Biden—beberapa pejabat Trump secara pribadi menolak pemberian lisensi yang menurut mereka hanya akan memperkuat raksasa teknologi China.
Yang lain berhasil berargumen bahwa membiarkan Nvidia bersaing dengan Huawei di kandang sendiri sangat penting untuk memenangkan perlombaan kecerdasan buatan (AI) dengan China. Menurut narasumber yang mengetahuinya, pandangan, yang dipelopori oleh CEO Nvidia Jensen Huang, ini telah mendapat dukungan dari dalam pemerintahan.
Diskusi 'Produktif'
Juru bicara Gedung Putih Kush Desai mengatakan Trump memiliki wewenang akhir dalam semua keputusan dagang. "Presiden secara konsisten berjuang untuk menciptakan persaingan yang adil bagi pekerja dan industri Amerika, serta pemerintah terus mengadakan diskusi yang produktif dengan semua mitra dagang kami," kata dia.
Dalam upaya lebih lanjut untuk meredakan ketegangan, para pejabat AS sedang bersiap untuk menunda batas waktu 12 Agustus, ketika tarif AS terhadap China akan kembali ke 145% setelah gencatan senjata 90 hari berakhir. Dalam wawancara dengan Bloomberg Television pekan ini, Bessent mengisyaratkan tenggat waktu tersebut fleksibel.
Narasumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan gencatan senjata tarif bisa diperpanjang tiga bulan lagi. Ini terjadi saat Trump menerapkan tarif untuk negara-negara lain—termasuk sekutu utama—dan mengancam akan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap berbagai industri, termasuk farmasi dan semikonduktor.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio mengatakan pertemuan antara Trump dan Xi kemungkinan besar akan terjadi. Rubio, yang pernah menjadi salah satu kritikus China paling keras di Senat, mengklaim telah mengadakan pertemuan yang "sangat konstruktif dan positif" pada Jumat dengan Menlu China Wang Yi.
'Langkah Besar'
Pada Rabu, Trump memuji China yang memperketat pengawasan terhadap bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanil, sebagai bagian dari langkah yang diambil setelah Presiden AS memberlakukan tarif 20% terhadap Beijing karena memfasilitasi peredaran obat terlarang tersebut.
"China telah membantu," kata Trump kepada para wartawan. "Maksud saya, ini sudah menjadi situasi yang mengerikan selama bertahun-tahun terkait fentanil. Namun, sejak saya ke sini, kami berbicara dengan mereka, dan mereka mengambil langkah-langkah besar."
Sementara itu, narasumber yang mengetahui hal ini mengatakan beberapa pejabat pemerintahan fokus berupaya meyakinkan China untuk setuju membeli sejumlah barang dan jasa AS yang belum ditentukan. Hal ini mungkin menenangkan kekhawatiran Trump akan defisit perdagangan, tetapi tidak akan banyak membantu menutup selisih perdagangan yang lebar dalam jangka panjang.
Tindakan Trump yang lebih lunak terhadap China memicu perpecahan di antara para penasihatnya. Narasumber yang mengetahui diskusi mereka menyebut beberapa anggota tim perdagangannya ingin bersikap keras terhadap Beijing dan berjanji secara pribadi bahwa kontrol ekspor tidak akan pernah menjadi bagian dari negosiasi perdagangan.
Namun, selama perundingan dagang bulan lalu di London, Menteri Perdagangan Howard Lutnick secara terbuka mengatakan kontrol ekspor baru-baru ini—yang secara resmi dibenarkan atas dasar keamanan nasional—juga dirancang untuk "mengganggu" Beijing.
Dan pekan ini, dia—bersama Bessent dan Pemimpin AI dan Kripto Gedung Putih David Sacks—secara jelas mengatakan bahwa mengizinkan penjualan cip Nvidia yang kurang canggih ke China memang menjadi bagian dari negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung.
Perkembangan ini menimbulkan pertanyaan: sejauh mana Trump bersedia bernegosiasi untuk melonggarkan kebijakan keamanan nasional jika China menuntutnya. Beberapa penasihat garis keras khawatir bahwa pelonggaran lebih lanjut terhadap kontrol cip kini tak terelakkan.
Yang lain berpendapat bahwa mengizinkan penjualan H20—yang jauh kurang mumpuni dibandingkan model-model terbaik Nvidia—sangat berbeda dengan mengekspor perangkat keras canggih tersebut, yang menurut mereka tidak perlu dibahas.
"Anda ingin menjual produk ke China secukupnya, sehingga para pengembang mereka bergantung pada tumpukan teknologi Amerika," kata Lutnick kepada CNBC, Selasa (15/7/2025).
Sekutu dan perusahaan di Eropa dan Asia yang ingin dibantu AS menekan sektor teknologi China juga memantau situasi ini dengan saksama. Menurut narasumber yang mengetahui masalah ini, pejabat pemerintah dan industri di kawasan tersebut telah menerima pesan bahwa strategi Washington bisa berubah.
Sekitar enam pejabat industri teknologi yang berinteraksi dengan tim Trump terkait China mengatakan mereka sering meninggalkan pertemuan tanpa detail yang jelas, hanya untuk melihat tujuan inti berkembang dalam diskusi selanjutnya.
Perubahan Mendadak
Dalam banyak kasus, mereka yang bertanggung jawab atas kebijakan teknologi China mengambil keputusan tanpa melibatkan kantor-kantor yang secara historis berperan dalam hal tersebut.
Pembatasan yang diberlakukan pada Mei terhadap penjualan perangkat lunak desain cip ke China—yang kemudian dibatalkan—merupakan bagian dari serangkaian langkah Departemen Perdagangan yang mengejutkan banyak pihak di pemerintahan, seperti dilaporkan Bloomberg.
Keputusan terkait cip H20 juga dikekang, kata narasumber yang mengetahui masalah ini. Kebijakan lain yang telah dipertimbangkan selama berbulan-bulan—termasuk sanksi terhadap raksasa cip China dan upaya membatasi anak perusahaan teknologi China—ditunda karena para pejabat mengejar kesepakatan dagang.
Namun, Trump juga dikenal sering mengubah arah kebijakannya terhadap China, dan terkadang dengan cepat setelah mengambil sikap—seperti saat ia memenuhi permintaan pribadi Xi untuk mencabut sanksi terhadap raksasa telekomunikasi China, ZTE Corp pada tahun 2018.
Ia juga rentan terhadap kritik atas pendekatannya, yang mungkin menunjukkan bahwa Trump bisa mengubah nada bicaranya sekali lagi.
"Presiden Trump bertekad mencapai kesepakatan dengan China, tetapi mungkin hanya bertahan sebentar," kata Derek Scissors, pakar China di American Enterprise Institute. "Defisit perdagangan AS jauh lebih tinggi hingga saat ini tahun ini, dan anggaran baru akan mengangkat permintaan impor pada kuartal keempat. Jika defisit perdagangan 2025 mencapai rekor, semua prediksi bisa berubah, termasuk dengan China."
Beijing tidak menyembunyikan keyakinannya bahwa mereka di atas angin. Di London, para pejabat AS terkejut dengan keangkuhan mereka atas posisi yang mereka hadapi, kata narasumber yang mengetahui diskusi tersebut.
Kejemawaan negara Asia ini berasal dari cengkeramannya atas magnet tanah jarang dan kemampuannya untuk memanfaatkan ketergantungan AS pada pasokan tersebut. China kini mewajibkan perusahaan untuk menyerahkan data sensitif dan mengajukan ulang izin ekspor tanah jarang setiap enam bulan.
(bbn)



























