Jacob Lorinc - Bloomberg News
Bloomberg, Rio Tinto Plc mengatakan punya "keinginan kuat" untuk berinvestasi di pertambangan tembaga Amerika Serikat (AS), menyusul rencana Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor terhadap logam kritis tersebut.
"Pemerintah AS semakin menyadari perlunya sumber tembaga dan material kritis lainnya secara domestik untuk mendukung industri manufaktur dan menggerakkan masa depan energi negara ini," ujar Kepala Divisi Tembaga Rio Tinto, Katie Jackson, dalam pernyataan tertulis via email.
"Kami memiliki keinginan kuat untuk berinvestasi lebih banyak di tembaga AS dan kami melihat peluang signifikan untuk mengembangkan bisnis kami di AS."
Rencana Trump memasang tarif 50% pada impor tembaga diperkirakan akan meningkatkan biaya di berbagai sektor ekonomi AS yang bergantung pada logam tersebut untuk produk elektronik konsumen, otomotif, konstruksi rumah, dan lainnya.
Tarif tembaga bertujuan untuk mendukung rantai pasokan domestik yang kuat terhadap komoditas tersebut, meski analis memperingatkan bahwa masalah perizinan dan litigasi masih menghambat pembangunan tambang dengan cepat.
Rio Tinto menolak berkomentar mengenai besaran potensi investasinya.
Harga tembaga berjangka yang diperdagangkan di New York melonjak pekan ini akibat berita tarif tersebut.
Rio Tinto, salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia, mengaku optimis terhadap upaya Gedung Putih untuk meningkatkan produksi mineral kritis di dalam negeri.
Proyek tambang tembaga bawah tanah Resolution yang diusulkan, di mana 55% sahamnya dimiliki Rio dan 45% oleh BHP Group, mendapat dukungan dari putusan Mahkamah Agung yang menguntungkan, sehingga perusahaan bisa melanjukan proyek yang sudah lama tertunda tersebut.
Proyek Resolution berpotensi menjadi tambang tembaga terbesar di Amerika Utara.
Rio Tinto juga mengoperasikan salah satu dari dua pabrik peleburan (smelter) tembaga yang beroperasi di Kennecott, negara bagian Utah, AS.
(bbn)