Logo Bloomberg Technoz

Mengamankan Ruang Digital Kian Kompleks karena Penjahat Pakai AI

Pramesti Regita Cindy
11 July 2025 14:15

Pelatihan keamanan digital di Estonia 2024 dengan situasi sistem IT & infrastruktur mengalami peretasan dan pengambilalihan oleh penjahat. (Bloomberg)
Pelatihan keamanan digital di Estonia 2024 dengan situasi sistem IT & infrastruktur mengalami peretasan dan pengambilalihan oleh penjahat. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta -  Nicole Quinn, Vice President of Public Policy & Government Affairs (Asia-Pacific & Japan) Palo Alto Networks  tak memungkiri jika digitalisasi memang membuka lebih banyak risiko serangan bagi pelaku kejahatan siber. Oleh karenanya dibutuhkan urgensi yang tepat guna melindungi sistem keamanan nasional.

"AI [kecerdasan buatan] mempercepat dan memperparah hal ini. Kalau dulu, misalnya ada celah keamanan, pelaku jahat butuh dua sampai empat hari untuk melancarkan serangan. Tapi sekarang, dengan bantuan AI, mereka hanya butuh dua sampai tiga jam dan bisa melakukannya secara massal," kata Quinn kepada Bloomberg Technoz, di Jakarta, Jumat (11/7/2025). 

"[..] Pemerintah Indonesia, seperti pemerintah lain di kawasan ini, sedang berusaha keras mengatasi ancaman baru ini dalam keamanan siber," jelasnya. 


Quinn juga menyoroti maraknya penggunaan AI untuk membuat serangan makin canggih, mulai dari email penipuan yang sulit dibedakan, hingga video deepfake yang bisa membujuk korban secara visual.

"AI meningkatkan kualitas serangan. Termasuk deepfake—dengan hanya dua sampai tiga menit data wajah dan suara saya, seseorang bisa membuat video yang sangat meyakinkan dalam 20 menit, misalnya, saya mengatakan ingin membeli mobil sport, padahal saya tidak pernah mengatakannya," ujar Quinn.