Logo Bloomberg Technoz

Level tersebut tak terlalu jauh dengan posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp16.220/US$, mengisyaratkan pergerakan terbatas rupiah kemungkinan masih berlanjut dengan kisaran Rp16.200-Rp16.300/US$.

Di pasar Asia pagi ini, mayoritas mata uang berada di zona merah alias melemah dipimpin oleh yen yang tergerus 0,24%. Hanya baht dan dolar Hong Kong yang masih bertahan hijau.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 11 Juli 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal nilai rupiah sejatinya masih ada asa peluang menguat hari ini. meski lajunya sudah mulai dibatasi oleh wait and see sejumlah sentimen yang ada.

Adapun rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat pada level Rp16.210/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$ usai break trendline sebelumnya, dan juga terdapat Rp16.150/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah hari ini di dalam time frame daily, tren jangka pendek (Short-term) perdagangan.

Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support terdekat pada level Rp16.250/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengonfirmasi support selanjutnya pada level Rp16.300/US$ sebagai support psikologis juga Rp16.310/US$.

Asa penurunan BI rate

Sepanjang pekan ini, rupiah telah mencatat pelemahan 0,22%, termasuk pelemahan terkecil di Asia di tengah kejatuhan mayoritas valuta di regional Asia akibat panasnya pasar global tersulut isu tarif Trump.

Sementara selama Juli saja, rupiah telah berhasil membukukan penguatan sebesar 0,11% month-to-date, memperkuat ekspektasi perihal peluang penurunan suku bunga acuan BI rate pada pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia, pekan depan. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan berulangkali, otoritas moneter masih akan mencari ruang penurunan suku bunga acuan lebih lanjut terutama bila kondisi rupiah bertahan stabil. Capaian rupiah sejauh ini mendukung ekspektasi akan berlanjutnya penurunan BI rate pada pertemuan pekan depan.

Bila menghitung posisi rupiah sejak RDG terakhir 18 Juni lalu, mata uang ini sudah menguat 0,49% sampai perdagangan kemarin, keempat terbaik di Asia.

Pergerakan harga surat utang pemerintah kemarin menunjukkan spekulasi penurunan BI rate kian menguat. Harga surat utang pemerintah melesat di tengah sentimen pasar obligasi global yang juga membaik.

Minat belanja asing terlihat kembali membesar di pasar surat utang RI, dengan membukukan nilai belanja selama Juli mencapai Rp17,2 triliun month-to-date, per 8 Juli lalu.

Hari ini, Bank Indonesia akan menggelar lelang rutin Sekuritas Rupiah Bank Indonesia. Instrumen ini terus menunjukkan penurunan tingkat suku bunga acuan, seiring langkah BI menggiring dana di pasar beralih ke surat berharga negara.

Tingkat bunga SRBI tenor 12 bulan mencatat penurunan dalam tiga lelang berturut-turut dan terakhir sudah di bawah 6%, tepatnya di level 5,978%.

Perry Warjiyo dan anggota Dewan Gubernur BI akan menggelar pertemuan edisi Juli pada pekan depan, tepatnya 15-16 Juli, berbekal kinerja rupiah yang membaik, ketika berbagai data ekonomi terbaru makin mempertegas kondisi kelesuan aktivitas ekonomi domestik. 

Kinerja penjualan ritel pada Mei terkontraksi lebih dalam ketimbang perkiraan semula. Sedangkan kinerja pada Juni (angka estimasi), juga belum menggembirakan.

Kinerja penjualan eceran yang lesu itu terjadi ketika keyakinan konsumen juga rapuh di tengah ketersediaan lapangan pekerjaan yang dinilai belum membaik dan mengikis harapan akan perbaikan penghasilan ke depan.

Daya beli konsumen yang salah satunya terindikasi dari indeks pembelian barang tahan lama (durable goods) di kalangan konsumen dengan nilai pengeluaran terbawah untuk pertama kalinya jatuh ke zona kontraksi, menyusul kelas menengah di atasnya.

Data-data itu memperkuat harapan bahwa BI mungkin akan kembali menurunkan BI rate untuk memberi dorongan pada perekonomian domestik ketika insentif fiskal yang digelontorkan oleh Pemerintah RI sejauh ini masih belum terlihat berdampak.

Sinyal The Fed

Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly mengatakan ia masih memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga akan terjadi tahun ini dan melihat peluang yang lebih besar bahwa dampak tarif terhadap harga akan lebih terbatas daripada yang diantisipasi.

Daly mengungkap beberapa perusahaan sedang bernegosiasi untuk membagi biaya tarif agar mereka tidak perlu membebankan terlalu banyak biaya pada pelanggan akhir mereka.

"Saat sampai ke konsumen, mereka mendapati bahwa beban yang harus mereka tanggung lebih rendah dan sebagian bisa dikurangi dari margin," kata Daly dalam diskusi virtual yang diadakan oleh MNI, Kamis (10/7/2025) waktu setempat.

"Mungkin saja hal itu tidak akan berdampak pada kenaikan harga yang signifikan bagi konsumen karena perusahaan menemukan cara untuk menyesuaikan diri."

Para pembuat kebijakan mempertahankan biaya pinjaman tahun ini, meski muncul perbedaan pendapat mengenai berapa banyak pemotongan suku bunga yang diharapkan para pejabat pada paruh kedua tahun 2025.

Risalah rapat kebijakan The Fed pada Juni yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh perbedaan pandangan para pejabat mengenai dampak tarif terhadap inflasi.

(rui)

No more pages