Logo Bloomberg Technoz

Rupiah jadi yang terlemah di Asia urutan keenam, tergolong tidak terlalu parah. Selama Juli ini, pelemahan rupiah juga cuma 0,03%, termasuk yang terbuncit di Asia.

Namun, rupiah masih belum mampu menghapus penurunan sepanjang tahun dengan mencatat kinerja year-to-date negatif 0,87%, terburuk ketiga di Asia setelah dolar Hong Kong dan rupee India.

Tekanan terhadap rupiah berlangsung di kala sentimen berbalik di pasar surat utang sejak pagi tadi. Yield SUN di mayoritas tenor naik, mencerminkan tekanan jual yang menurunkan harga obligasi pemerintah.

Yield 2Y naik 2,4 bps, bersama tenor 5Y yang juga naik 1,3 bps. Sementara tenor 10Y naik 1,6 bps bersama tenor 20Y yang juga terkerek imbal hasilnya sebanyak 1,5 bps.

Sedangkan pasar saham domestik masih bertahan di zona hijau. Jelang penutupan pasar hari ini, IHSG masih menguat 0,35%. Pergerakan hijau IHSG mengekor bursa saham Korea Selatan, Singapura juga Filipina dan Thailand, serta Jepang.

Bursa saham Tiongkok sebaliknya, bergerak merah bersama bursa Malaysia dan Thailand.

Bursa Asia. (Dok: Bloomberg)

Tekanan dolar AS terhadap mata uang yang menjadi lawannya makin besar menyusul penegasan Presiden AS Donald Trump bahwa tenggat pemberlakuan tarif resiprokal per 1 Agustus tidak akan diperpanjang lagi.

Trump juga mengatakan bahwa ia berniat mengenakan bea masuk hingga 50% untuk impor tembaga sebagai bagian dari serangkaian tarif sektoral yang akan datang. Ia juga mengindikasikan bahwa produsen farmasi mungkin akan diberi waktu setidaknya satu tahun sebelum dikenai tarif memberatkan sebesar 200% atas produk mereka yang dibuat di luar negeri.

Pasar juga mengkhawatirkan perkembangan isu terkait Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Trump mengatakan, Powell harus mengundurkan diri bila tuduhan dari seorang pejabat pemerintahan bahwa orang nomor satu di bank sentral AS itu menipu Kongres terkait renovasi kantor pusat Federal Reserve.

Tekanan di pasar surat utang negara hari ini sepertinya juga terdampak dinamika di pasar obligasi global. Tingkat imbal hasil surat utang AS, US Treasury, siang ini juga terpantau naik di semua tenor. 

Penjualan ritel lesu

Laporan terbaru Survei Penjualan Eceran yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini, Rabu (9/7/2025), mengungkapkan, kinerja penjualan ritel pada Mei ternyata lebih buruk ketimbang perkiraan semula. 

Pada bulan Mei, penjualan eceran terkontraksi alias tumbuh negatif hingga 1,3% month-to-month (mtm), lebih buruk ketimbang angka awal yang memperkirakan ada kontraksi tipis 0,6% mtm. 

Dengan demikian, sejak musim Lebaran berlalu, kinerja penjualan eceran di Indonesia makin melempem dalam dua bulan beruntun.

Sementara laju pertumbuhan tahunan penjualan ritel Mei juga direvisi ke bawah, cuma tumbuh 1,9% year-on-year (yoy), lebih rendah dibanding angka perkiraan semula 2,6% yoy.

Adapun kinerja penjualan eceran pada Juni diperkirakan sedikit membaik dengan pertumbuhan positif 0,5% mtm dan 2% yoy.

Yield UST-2Y naik tipis 0,7 bps ke posisi 3,901%. Sedangkan tenor 10Y bahkan naik 3,2 bps ke level 4,411%.

Kenaikan yield UST mempersempit selisih imbal hasil dengan SUN menjadi tinggal 216 bps saat ini, sehingga daya tarik obligasi rupiah jadi terkikis karena kalah peringkat utang dan kekuatan valuta.

(red)

No more pages