Ia menyebut jika industri nasional kita Indonesia cukup tangguh dan adaptif dan meminta pelaku industri untuk tidak panik nemun lebih bisa beradaptasi dengan lebih pintar dan teknokratis.
“Kita perkuat kapasitas industri dari hulu ke hilir, perbaiki data dan sistem pelacakan (traceability), serta pastikan seluruh aktor rantai pasok memahami arah kebijakan global yang terus berkembang” katanya.
Kemenperin Sebut Indonesia Lebih Bisa Bersaing
Menurut Kemenperin, produk-produk manufaktur Indonesia masih memiliki daya saing dibandingkan dengan negara-negara pesaing.
Sebagai contoh untuk produk tekstil dan alas kaki Indonesia masih akan lebih bersaing dengan tekstil dan alas kaki asal Bangladesh yang akan dikenakan tarif resiprokal sebesar 35%.
Selain itu, produk makanan olahan Indonesia juga akan lebih bersaing dibanding Thailand yang akan dikenakan tarif sebesar 36% di AS.
Di sisi lain, Kemenperin bilang kalau Indonesia akan terus meningkatkan kualitas dan daya saing dengan negara-negara BRICS. Afrika Selatan misalnya, yang akan dikenakan tarif sebesar 30%.
“Kunci kita adalah sinergi dan ketangguhan. Kita tetap buka peluang dialog dengan mitra luar negeri, tapi kita juga perkuat rumah kita sendiri. Pemerintah bersama dunia usaha dan asosiasi akan terus berjalan beriringan menghadapi tantangan ini,” tutup Agus.
(ell)