Pada 2024 misalnya, COIN membukukan pendapatan Rp101,3 miliar, melesat jauh dibanding 2023 yang pendapatannya tercatat masih Rp36 juta.
Sebagai informasi, COIN baru berdiri pada 2022. Artinya, hanya butuh waktu kurang dari tiga tahun, perusahaan mampu meraup kenaikan pendapatan signifikan.
Dari sisi bottom line juga mencatat tren serupa. COIN hanya butuh waktu satu tahun untuk membalikkan rugi Rp1,08 miliar di 2023, menjadi untung Rp42,98 miliar di 2024.
Dari sisi industri, COIN dinilai berada dalam ekosistem yang berkembang pesat. Data menunjukkan bahwa jumlah investor kripto Indonesia mencapai hampir 23 juta hingga 2024, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar secara global untuk aset digital ritel. Kenaikan peringkat Indonesia dalam indeks adopsi kripto global juga memperkuat ekspektasi pertumbuhan.
“Terjadi peningkatan yang signifikan dalam pemanfaatan teknologi digital, dengan APJII mencatat bahwa sekitar 221.5 juta jiwa atau 79.5% penduduk Indonesia pada 2024 telah menggunakan internet yang berpotensi untuk mengembangkan industri ekonomi digital,” tulis tim riset, dikutip Jumat (4/7/2025).
Meski demikian, Semesta Indovest menyoroti adanya sejumlah risiko yang masih perlu dicermati. Perubahan regulasi dan pendekatan pengawasan oleh OJK berpotensi membawa implikasi terhadap operasional perusahaan, terutama mengingat proses transisi yang masih berjalan. Selain itu, tingkat adopsi produk derivatif kripto di Indonesia dinilai masih terbatas, sehingga keberhasilan CFX akan sangat bergantung pada upaya edukasi pasar dan pertumbuhan literasi investor.
Meski demikian, jika mampu mengelola risiko dan menjaga momentum pertumbuhan industri, COIN disebut berpeluang menjadi pemain dominan dalam infrastruktur aset digital teregulasi di Indonesia.
Valuasi Murah
Seperti yang diketahui, COIN akan melepas sebanyak 2,2 miliar saham baru atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran ditetapkan sebesar Rp100 per saham, sehingga perseroan menargetkan perolehan dana sebesar Rp220,58 miliar. Masa penawaran umum berlangsung pada 4–8 Juli 2025, dengan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia dijadwalkan pada 9 Juli 2025.
“Harga penawaran saham COIN sebesar Rp100/saham mencerminkan rasio price to earnings (P/E) sebesar 34,2 kali dan price to book value (PBV) sebesar 1,1 kali setelah penerbitan saham baru,” tulis tim riset Semesta Indovest.
Sementara itu, dari sisi profitabilitas, COIN mencatat margin yang tinggi, dengan operating margin (OPM) mencapai 39,2% dan net profit margin (NPM) sebesar 43,2%, serta return on equity (ROE) sebesar 3,3%.
Guru Besar Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, valuasi murah ditambah posisi COIN yang menjadi pionir di industrinya menjadi nilai jual. Terlebih, industri kripto sedang memiliki momentum untuk berkembang.
"Saya perkirakan, COIN akan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) dengan melepas 15% saham," kata Budi, Jumat (4/7/2025).
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengonfirmasi murahnya valuasi COIN. Berdasarkan hitungannya, P/E COIN ada di level 34,2 kali untuk harga penawaran Rp100/saham, dan PBV 1,14 kali.
Kemudian, margin laba bersih ada di kisaran 42%, dengan rasio utang hanya sebesar 0,18 kali.
"Dari sisi valuasi P/E dan PBV tergolong undervalued. Rasio ROE sedikit di atas rata-rata industri, tapi masih kecil dan ada peluang meningkat seiring margin laba bersih cukup tebal, di atas rata-rata industri. Selain itu COIN memiliki kesehatan keuangan yang cukup baik karena memiliki rasio utang yg rendah dan di bawah rata-rata industrinya," jelas Sukarno.
Adapun rata-rata P/E dan PBV industri masing-masing sebesar 34,2 kali dan 3 kali. Kemudian rata-rata rasio utang dan margin laba bersih industri masing-masing sebesar 0,5 kali dan 4%.
- Dengan asistensi Muhammad Fikri -
***Disclaimer: Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk membeli saham tertentu. Keputusan investasi tetap berada di tangan pembaca. Bloomberg Technoz tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi dari keputusan investasi yang diambil pembaca.***
(dhf)






























