Logo Bloomberg Technoz


Di sisi lain, lemak nabati seperti minyak kelapa sawit menjadi alternatif yang paling memungkinkan sebagai substitusi lemak hewani. Akan tetapi, penelitian tersebut menilai, hal tersebut sekaligus berisiko menciptakan kerusakan lingkungan baru karena perkebunan yang luas telah menyebabkan deforestasi di negara-negara seperti Indonesia.

“Selama bertahun-tahun kami telah membakar lemak hewani di dalam mobil tanpa sepengetahuan pengemudi. Sekarang mereka akan mengisi bahan bakar penerbangan Anda berikutnya. Namun, itu tidak bisa dipertahankan tanpa merampas sektor lain,” kata Barbara Smailagic, spesialis biofuel di T&E, dalam sebuah pernyataan via surel.

Penelitian tersebut menyoroti kesulitan membersihkan industri penerbangan yang pangsa emisi CO2-nya, sekarang mencapai antara 2%—3% secara global, dan diperkirakan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

Pembuat kebijakan Uni Eropa telah berusaha untuk mendorong penggunaan sebagian lemak limbah dalam produksi bahan bakar jet, karena memadukannya bersama bahan bakar fosil adalah salah satu dari sedikit cara untuk memangkas produksi gas rumah kaca industri dalam jangka pendek.

Maskapai termasuk Ryanair Holdings Plc dan Wizz Air Holdings Plc telah mencapai kontrak pasokan dengan penyedia seperti Neste Oyj, yang memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan dari limbah terbarukan, dan bahan baku seperti minyak goreng bekas dan lemak hewani.

Studi Cerulogy juga menemukan tanda-tanda bahwa lemak hewani berkualitas tinggi –yang biasanya digunakan dalam makanan hewan, pakan ternak, dan kosmetik– juga makin banyak masuk ke dalam stok bahan bakar.

Lemak ini secara historis lebih mahal daripada produk sampingan hewan berkualitas rendah yang digunakan dalam biofuel.

Akan tetapi, subsidi UE yang diterapkan pada bahan yang lebih murah telah mengubah perhitungan, menciptakan insentif keuangan untuk salah memberi label pada lemak berkualitas lebih tinggi, menurut T&E.

(bbn)

No more pages