Saham-saham barang baku, saham teknologi dan saham energi menjadi pemberat laju IHSG dengan melemah mencapai 1,74%, 1,45% dan 1,34%.
Di samping itu, masih ada saham-saham yang menguat hingga menjadi top gainers di antaranya saham PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) yang melesat 34%, saham PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK) melejit 29%, dan saham PT Mitra Pack Tbk (PTMP) menguat 29%.
Sedang saham-saham yang melemah dan menjadi top losers, antara lain saham PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang jatuh 14,8%, saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) ambles 14,7%, dan saham PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) jatuh 11,1%.
Bursa Asia lain ikut melemah menyusul IHSG, terutama saham-saham Shenzhen Comp. (China), NIKKEI 225 (Tokyo), KOSPI (Korea Selatan), SENSEX (India), TOPIX (Jepang), Shanghai Composite (China), dan PSEI (Filipina), yang tertekan dan drop dengan masing-masing mencapai 0,67%, 0,56%, 0,47%, 0,32%, 0,21%, 0,09%, dan 0,07%.
Di sisi berseberangan, Hang Seng (Hong Kong), KLCI (Malaysia), FTSE Straits Times (Singapura), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SETI (Thailand), TW Weighted Index (Taiwan), dan CSI 300 (China) berhasil menguat masing-masing 0,62%, 0,56%, 0,53%, 0,51%, 0,49%, 0,11%, dan 0,02%.
Dari regional, pasar Asia tersengat sentimen kehati-hatian terhadap pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump yang menegaskan tidak akan menunda tenggat 9 Juli untuk menaikkan tarif terhadap banyak mitra dagang, memperburuk ketegangan perdagangan yang sudah memanas.
“Tidak, saya tidak berpikir untuk menunda,” kata Trump pada Selasa setempat, saat ditanya apakah ia akan memperpanjang periode negosiasi dengan mitra dagang, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.
Kabar di pasar yang relatif terbatas ini memicu pertanyaan baru tentang langkah Trump terkait jeda sementara tarif yang diumumkan pada April lalu. Tarif tersebut sempat ditangguhkan selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi.
“Tak mengejutkan jika Trump kembali memainkan skenario kebuntuan 9 Juli dan ancaman tarif super tinggi demi menekan kesepakatan yang lebih baik. Ini juga bagian dari panggung politik,” papar Phillip Wool, Kepala Manajemen Portofolio Rayliant Global Advisors Ltd.
Sedang, data terbaru perekonomian AS dari jumlah lowongan kerja berhasil mencapai level tertinggi sejak November, didorong oleh segmen bisnis pelancongan dan perhotelan. Hingga data ekonomi dari jumlah PHK yang menurun jadi data acuan The Fed. Pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyebut kondisi pasar tenaga kerja masih kuat dalam beberapa pekan. Gubernur The Fed Jerome Powell kembali menyatakan Bank Sentral AS mungkin sudah memangkas suku bunga lebih jauh tahun ini jika bukan karena tarif Trump yang diperluas.
Biarpun begitu, ia tidak menutup kemungkinan pemangkasan suku bunga akan terjadi pada pertemuan bulan Juli ini.
Federal Open Market Committee (FOMC) dijadwalkan menggelar pertemuan berikutnya pada 29-30 Juli di Washington.
Powell mengatakan– dampak tarif diperkirakan mulai terlihat dalam data inflasi di beberapa bulan mendatang, kendatipun ia mengakui masih banyak ketidakpastian.
“Kami terus memantau. Kami memperkirakan akan melihat angka inflasi yang lebih tinggi selama musim panas (Juni hingga September) ini,” terangnya.
(fad)


























