Logo Bloomberg Technoz

Pemulihan sektor manufaktur China pada bulan lalu mengindikasikan bahwa negara konsumen tembaga terbesar di dunia ini mulai menuai manfaat dari meredanya tensi perang dagang dengan Amerika Serikat.

“Dorongan utama hari ini datang dari permintaan China,” ujar Al Munro, analis di Marex Group. “Terlepas dari spekulasi soal kondisi makroekonomi, arus dan data yang kami pantau tetap menunjukkan sinyal positif.”

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent mengatakan kepada Bloomberg TV pada Senin bahwa negosiasi dengan Beijing akan difokuskan terlebih dahulu pada tarif timbal balik, sementara pembahasan soal bea masuk untuk tembaga dan bahan baku lainnya akan dilakukan “belakangan.”

Penundaan keputusan tarif tersebut bisa mendorong harga premium untuk tembaga di pasar AS, membuka ruang bagi para trader untuk mengirim logam tersebut ke gudang-gudang di Amerika sebelum tarif diberlakukan. Hal ini berpotensi memperketat pasokan di pasar lain.

Namun untuk saat ini, tekanan pasokan di London mulai mereda. Indikasi ini terlihat dari melunaknya sejumlah spread kunci di LME.

Spread Tom/next — yang mencerminkan biaya untuk menggulirkan posisi jual tunai semalam — turun signifikan setelah pekan lalu melonjak ke level tertinggi sejak 2021.

Harga tembaga di LME ditutup naik 0,7% ke level US$9.934 per ton di London pada perdagangan kemarin, sementara harga nikel dan aluminium tercatat nyaris tak berubah.

(bbn)

No more pages