Bloomberg Technoz, Jakarta – Pemerintah memproyeksikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam asumsi makro 2026 berada di rentang US$60—US$80 per barel.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, perkiraan harga minyak mentah Indonesia pada 2026 tersebut merujuk pada publikasi Badan Administrasi Informasi Energi AS atau Energy Information Administration (EIA) dan polling Reuters.
“Di mana proyeksi harga minyak mentah Brent pada 2026 rata-rata US$63/barel dan WTI [West Texas Intermediate] rata-rata US$59/barel,” kata Bahlil dalam paparannya di Komisi XII DPR RI, Rabu (2/7/2025).
Atas estimasi tersebut, berdasarkan KEM-PPKF 2026, harga ICP sesuai hasil rapat koordinasi antarkementerian/lembaga (K/L) dan Bank Indonesia pada 6 Mei 2025 pada 2026 dipetakan di rentang US$60—US$80 per barel.
Sekadar catatan, ICP dalam APBN 2025 ditetapkan sebesar US$82/barel dengan realisasi sampai dengan Mei di level US$70,05/barel. Adapun, sampai dengan akhir tahun ini, ICP diestimasikan berada di rentang US$65—US$80 per barel.

Untuk produksi siap jual atau lifting minyak, pemerintah menetapkan target 2026 sebanyak 605.000—610.000 barel per hari (bph). Target itu relatif moderat jika dibandingkan dengan bidikan APBN 2025 sebesar 605.000 bph.
Akan tetapi, pemerintah optimistis target lifting minyak dalam APBN 2025 akan tercapai untuk pertama kalinya setelah terus meleset dalam beberapa tahun terakhir. Sampai dengan Mei 2025, realisasi lifting minyak mencapai 567.900 bph.
Terkait dengan pasar minyak, pemerintah memetakan setidaknya empat poin yang memengaruhi anomali harga minyak tahun ini.
Pertama, makin berlanjutnya peningkatan risiko geopolitik di Timur Tengah antara lain Israel-Iran. Kedua, penundaan pemberlakuan dan peningkatan tarif dagang AS.
Ketiga, makin berlanjutnya potensi peningkatan stok minyak dunia. Keempat, potensi kesepakatan lanjutan untuk normalisasi produksi sukarela minyak OPEC+.
(wdh)