Penghentian pengiriman telah "membuatnya secara hukum dan praktis tidak mungkin" bagi tambang tembaga dan kobalt CMOC untuk memasok IXM, katanya.
Sementara Kongo mengatakan pihaknya memperpanjang tindakan tersebut "karena tingginya tingkat stok di pasar," tindakan IXM menunjukkan meningkatnya tekanan pada arus kobalt hidroksida, produk utama yang diekspor dari negara Afrika Tengah tersebut.
Klausul force majeure memungkinkan perusahaan untuk menangguhkan pengiriman karena kejadian di luar kendali mereka.
Seorang juru bicara CMOC mengonfirmasi keputusan yang diambil oleh IXM, sementara badan regulasi Kongo yang mengawasi larangan tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pemerintah Kongo ingin memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap harga kobalt dengan menyelaraskan pasokan dengan permintaan global.
Analis telah memperingatkan bahwa kontrol yang terlalu ketat dan harga yang melonjak dapat mempercepat peralihan produsen ke baterai EV yang tidak menggunakan logam tersebut.
CMOC telah menyampaikan argumen serupa kepada pihak berwenang.
Produsen kobalt terbesar setelah CMOC adalah raksasa komoditas Glencore Plc dan Eurasian Resources Group Sarl yang didukung Kazakhstan, yang keduanya memiliki aset utama di Kongo.
Telf AG, agen pemasaran kobalt ERG, menyatakan force majeure pada kontrak pasokan pada bulan Maret.
“Ketika rantai pasokan kobalt global menghadapi volatilitas yang meningkat, IXM tetap berkomitmen untuk mengatasi gangguan ini secara bertanggung jawab,” kata perusahaan perdagangan tersebut dalam pernyataannya.
(bbn)

































