Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, Eniya menerangkan, pemasangan PLTS pada sektor industri saat ini masih mengambil kuota PLTS Atap untuk sektor komersial lainnya. Di sisi lain, permintaan pemasangan PLTS dari sektor industri diproyeksikan tumbuh signifikan dalam jangka menengah.

“Kalau di RUPTL itu [sektor industri] masih dianggap memakan kuota atap yang nyandar itu, nah ini kita tidak mau nih, karena industri akan makin tumbuh,” kata Eniya.

Eniya memproyeksikan permintaan pemasangan PLTS dari pelanggan industri bakal tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor komersial lainnya.

Apalagi, investasi pada manufaktur panel surya skala besar belakangan mulai terealisasi. Misalkan, dia mencontohkan, fasilitas produksi dari PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) di Kawasan Industri Kendal.

Selain itu, kongsi antara PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bersama LONGi Green Technology Co., Ltd di Deltamas, Jawa Barat.

Sementara itu, peluang investasi besar lainnya bakal berasal dari kelanjutan kerja sama ekspor listrik bersih ke Singapura, lewat komitmen investasi kawasan industri di Kepulauan Riau, tepatnya di kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK).

Penambahan kapasitas listrik dari PLTS./dok. Bloomberg

Adapun kapasitas ekspor listrik EBT lintas batas ke Singapura diperkirakan mencapai 3,4 gigawatt (GW). Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya dan 35,7 GWh produksi baterai.

Potensi investasi diestimasi mencapai US$30 miliar sampai dengan US$50 miliar untuk pembangkit panel surya dan US$2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan battery energy storage system (BESS). 

“Justru itu yang mau dibahas apakah mau tetap dikuotakan, jadi kuota itu nanti untuk kemudahan PLN untuk menyiapkan grid-nya,” tuturnya.

Realisasi Pasang PLTS Atap Capai 445,46 MW 

PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN melaporkan realisasi penggunaan PLTS atap hingga Mei 2025 mencapai 445,46 MW.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik), realisasi total dari seluruh jenis PLTS  yakni PLTS atap, PLTS terapung, dan PLTS tapak mencapai 1.087 MW,

“PLN bersama Kementerian ESDM sudah menentukan kuota khusus untuk PLTS atap pada 2024—2025 sebesar 3,9 GW,” kata Sub Koordinator Kelaikan Teknik Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wildan Fujiansah  dalam acara peluncuran Solar Academy Indonesia 2025, Kamis (19/6/2025). 

Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Kamis (9/11/2023). (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Wildan menyebut perkembangan sejak 2018 hingga saat ini, dengan adanya peraturan menteri yang baru, pelanggan PLTS atap meningkat sebanyak 17 kali lipat sementara kapasitas sudah mencapai 293 kali lipat. 

“Jadi cukup berkembang dengan permen [peraturan menteri] terbaru dengan kuota PLN sudah terbuka dengan PLTS atap,” ujarnya. 

Hingga saat ini, pelanggan yang menggunakan PLTS atap mencapai 10.632 pelanggan. Dari jumlah pelanggan tersebut terbanyak dari sektor rumah tangga atau sebesar 63%. Sementara itu, dari sisi kapasitas terbanyak menggunakan PLTS atap dari sektor industri sebanyak 72%. 

Wildan menjelaskan, dari sisi geografis, wilayah paling banyak memasang PLTS atap di Jawa, Bali, dan Sumatra karena infrastruktur yang mendukung dan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi.

"Akan tetapi, jangan dilupakan Indonesia bagian timur, Sulawesi dan Papua mulai tumbuh melalui pendekatan PLTS off grid dan hybrid utntuk daerah terpencil,” tuturnya.

(naw)

No more pages