Logo Bloomberg Technoz

Harga Murah

Dia menggarisbawahi harga yang ditawarkan Rusia harus lebih murah atau kompetitif dibandingkan dengan negara lain.

Di sisi lain, Indonesia memang harus mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada, tetapi tetap membutuhkan kerja sama dengan negara lain.

“Kalau kerja sendiri saya yakin optimalisasinya tidak akan semaksimal kalau kita melakukan kolaborasi dengan teman-teman investor dari luar,” tuturnya.

Bahlil juga menuturkan dia bersama Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto dan Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri telah berkomunikasi dengan sejumlah BUMN migas Rusia.

Selain membahas impor minyak mentah dan LPG, Bahlil mengatakan RI akan kerja sama dengan RI-Rusia terkait dengan pengembangan sumur minyak tua karena Rusia memiliki teknologi yang lebih maju.

Sebelumnya, Putin mengatakan Rusia bersedia untuk menambah pasokan minyak dan gas ke pasar Indonesia.

"Kami bersedia menambah pasokan minyak dan gas alam cair ke pasar Indonesia," ujar Putin, Kamis (19/6/2025) malam, saat pertemuan bersama Prabowo di Istana Konstantinovsky.

Dalam kesempatan tersebut, Putin tidak mengelaborasi seperti apa rencana memasok minyak dan gas ke Indonesia. Selain itu, Rusia dan Indonesia juga tidak menandatangani kesepakatan ihwal sektor energi dalam kunjungan Prabowo tersebut.

Perlu diketahui, Rusia selama ini memang merupakan salah satu produsen terbesar minyak di dunia.

Menyitir dokumen bertajuk Country Analysis Brief: Russia oleh U.S. Energy Information Administration (EIA), cadangan minyak yang terbukti di Rusia adalah 80 miliar barel per 1 Januari 2024.

Berdasarkan situs resmi International Energy Agency (IEA), Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi.

Pada Januari 2022, total produksi minyak Rusia adalah 11,3 juta barel per hari. Sebagai perbandingan, total produksi minyak AS adalah 17,6 juta barel per hari sementara Arab Saudi memproduksi 12 juta barel per hari.

Eksplorasi minyak Rusia./dok. Bloomberg

Sinyal Indonesia bisa membeli minyak dari Rusia setelah resmi bergabung secara penuh dalam aliansi Brasil, Russia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) pertama kali dilempar oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan.

Menurut Luhut, pada dasarnya Indonesia bisa membeli minyak dari mana pun, termasuk dari Rusia, sepanjang transaksinya menguntungkan Indonesia dengan mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan mengimpor dari negara lain.

"Ya ke mana saja kalau menguntungkan Republik Indonesia kita beli, kalau kita ada dari bulan kita beli [...] Kalau kita dapat lebih murah US$20 atau US$22 [per barel] kenapa tidak?" ujar Luhut saat ditemui di kantornya, Kamis (9/1/2025).

Sekadar catatan, aliansi Group of Seven (G-7), atau yang terdiri dari AS, Inggris, Jerman dan sebagainya, memberikan sanksi atas minyak Rusia. Sanksi itu diberikan dengan menerapkan batas harga (price cap) US$60 per barel atas minyak mentah Ural dari Rusia.

Selain itu, menyitir Bloomberg News, AS bergeming dari penentangannya terhadap price cap G-7 yang lebih rendah atas penjualan minyak Rusia, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Sikap AS ini meredam harapan Eropa bahwa para pemimpin yang bertemu untuk pertemuan puncak G-7 di Kanada pekan lalu akan menyetujui pemotongan price cap minyak Rusia tersebut.

Namun, harga minyak dari Rusia itu masih lebih rendah dibandingkan dengan West Texas Intermediate (WTI) dan Brent. Sebagai perbandingan, harga Brent untuk pengiriman Agustus turun 0,6 menjadi US$76,52/barel pada penutupan hari ini, sedangkan WTI untuk pengiriman Agustus turun 0,7% menjadi US$73,35/barel.

Harga minyak Urals dalam rubel Rusia./dok. Bloomberg

Mulai Masuk

Pada perkembangan terakhir, Pertamina mengungkapkan Indonesia sudah mulai mengeksekusi impor minyak mentah dari Rusia, setelah lama menjadi wacana pemerintah.

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman mengonfirmasi kebijakan impor minyak mentah dari Rusia “masih dibuka” pemerintah, dan akan dilakukan sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang berlaku.

PT KPI sudah terlebih dahulu mendata kebutuhan minyak mentah untuk kilang-kilang perseroan dan pengadaannya dilakukan melalui lelang terbuka, termasuk untuk minyak mentah dari Rusia.

Taufik mengungkapkan proses tender pengadaan minyak mentah untuk KPI pun telah dibuka sejak Mei tahun lalu, dan beberapa minyak asal Rusia telah masuk. Meski demikian, dia tidak mendetailkan volumenya.

“Termasuk crude Rusia. Ada beberapa crude Rusia yang masuk. Kita juga akan sesuai dengan peraturan OPEC-nya. [...] Tetap harus mengikuti aturan itu,” ujarnya saat ditemui di agenda IPA Convex di ICE BSD, Rabu (21/5/2025).

Di sisi lain, S&P Global melaporkan terdapat operator tanker berbeda Indonesia yang membawa minyak mentah dari Rusia sebanyak 2 juta barel per 25 April 2025.

Akan tetapi, data terakhir S&P Global Oil Tracker yang dilansir pada Mei tersebut tidak menunjukkan Indonesia termasuk dalam daftar negara tujuan aliran minyak mentah Rusia.

(mfd/wdh)

No more pages