Retrofitting adalah proses penting dalam meningkatkan efisiensi dan memperpanjang usia operasional pembangkit lama. Sementara itu, pembangunan unit baru menjadi simbol ekspansi agresif yang dilakukan Star Energy dalam menjawab kebutuhan energi nasional yang terus meningkat.
Fasilitas pinjaman dari DBS dan SMBC mencerminkan kepercayaan lembaga keuangan internasional terhadap kelayakan proyek dan reputasi Star Energy Geothermal. Hal ini juga menunjukkan bahwa proyek geothermal di Indonesia semakin dilirik sebagai instrumen investasi yang stabil dan berkelanjutan.
Skema pembiayaan lima tahun dengan dua fasilitas ini dinilai memberikan fleksibilitas cukup bagi perusahaan. Dengan waktu pembayaran yang terukur, Star Energy dapat fokus pada pelaksanaan proyek teknis tanpa tekanan keuangan yang berlebihan dalam jangka pendek.
Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam mencapai target net zero emission. Sektor energi menjadi kunci utama dalam agenda tersebut. Energi panas bumi, sebagai sumber daya yang melimpah di Indonesia, kini kembali mendapatkan momentum melalui investasi seperti yang dilakukan Star Energy.
Penambahan kapasitas 47 MW bukanlah angka kecil. Setara dengan listrik untuk lebih dari 40 ribu rumah tangga, ini adalah langkah signifikan menuju diversifikasi energi nasional. Proyek ini juga diharapkan menyerap tenaga kerja lokal dan mendorong transfer teknologi di sektor energi terbarukan.
Barito Renewables, sebagai induk usaha, selama ini konsisten menunjukkan komitmennya terhadap bisnis berkelanjutan. Dukungan penuh terhadap anak usahanya di sektor geothermal ini semakin memperkuat posisi grup dalam peta energi bersih regional.
Seiring meningkatnya tekanan global untuk meninggalkan bahan bakar fosil, energi panas bumi kembali menjadi primadona. Tidak hanya karena emisi karbonnya yang rendah, tetapi juga karena kestabilan output yang dimilikinya dibandingkan energi surya atau angin.
Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar kedua di dunia. Namun, pemanfaatannya masih jauh dari optimal. Oleh karena itu, investasi seperti yang dilakukan Star Energy menjadi contoh konkret bagaimana potensi tersebut bisa mulai diwujudkan.
Langkah ini diharapkan mendorong pelaku usaha lain untuk turut menjajaki potensi panas bumi di tanah air. Terlebih, dengan dukungan pembiayaan yang kini terbuka dari berbagai lembaga internasional, ekosistem energi hijau nasional kian kondusif.
Dengan terbitnya fasilitas pinjaman USD 121 juta ini, Star Energy Geothermal tidak hanya memperkuat posisinya di sektor energi panas bumi, tetapi juga memberi contoh bahwa transisi energi hijau bisa dilakukan melalui kolaborasi kuat antara korporasi dan lembaga keuangan global.
(tim)
































