Berikut 10 saham dengan angka net buy tertinggi yang paling jadi incaran oleh investor asing selama perdagangan Rabu (18/6/2025):
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp163,3 miliar
- PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) Rp73,97 miliar
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp61,16 miliar
- PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) Rp38,09 miliar
- PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp37,16 miliar
- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp26,05 miliar
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp18,8 miliar
- PT Astra International Tbk (ASII) Rp17,04 miliar
- PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp14,77 miliar
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp10,66 miliar
Bank Indonesia Tahan BI Rate di 5,5%
Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2025. Sesuai ramalan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk mempertahankan BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17–18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di 5,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%.
Keputusan ini searah dengan dugaan sebelumnya. Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg menghasilkan median perkiraan BI Rate masih akan tetap dipertahankan di level saat ini di 5,5%.
“BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate 5,5%. Demikian juga suku bunga deposit facility tetap di level 4,75% dan suku bunga lending facility 6,25%,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu.
Alasan Bank Indonesia Mempertahankan BI Rate
BI mengatakan alasan mempertahankan BI Rate sejalan dengan tetap terjaganya proyeksi inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus satu persen, stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya.
Kredit Bank Tumbuh Melambat
Pada kesempatan yang sama, BI melaporkan kinerja kredit perbankan pada Mei 2025 yang tumbuh melambat di 8,43% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan kredit perbankan pada April 2025, yang mencapai 8,88% (yoy).
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama didorong oleh sektor jasa sosial, industri, dan lainnya. Sementara itu, kredit ke sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.
Dari sisi penawaran, preferensi perbankan pada penanaman surat-surat berharga masih kuat di tengah standar penyaluran kredit (lending standard) yang mulai meningkat.
BI mengklaim kondisi likuiditas perbankan masih memadai, meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari awal Januari 2025 sebesar 5,51% (yoy) menjadi 4,29% (yoy) pada Mei 2025.
(fad/aji)





























