Logo Bloomberg Technoz

BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 5,5% pada Juni 2025. Hal ini disampaikan sebagai hasil rumusan kebijakan moneter.

Gubernur BI menyebutkan, Bank Sentral juga mempertahankan suku bunga deposit facility tetap di level 4,75% dan suku bunga lending facility 6,25%.

Perry menjelaskan keputusan ini sejalan dengan tetap berjalannya tingkat inflasi yang sesuai sasaran dan kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Selain itu, hal ini juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertemuan dilangsungkan di tengah perkembangan geopolitik yang berubah dramatis menyusul serangan Israel pada Iran pada Jumat lalu, kala pasar belum lepas dari kegelisahan akan dampak perang dagang serta kelesuan pertumbuhan ekonomi yang menyertainya.

Langkah menahan suku bunga acuan itu boleh disebut sebagai 'dovish hold', dengan penegasan Bank Indonesia untuk terus mencari ruang penurunan BI Rate lebih lanjut.

“Kami terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI rate lebih lanjut. Mengapa demikian? Karena dasar pertimbangan untuk suku bunga adalah perkiraan inflasi tetap rendah tahun ini dan tahun depan juga rendah sesuai sasaran 2,5% plus minus 1%,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur bulanan edisi Juni yang dilangsungkan hari ini secara daring.

Perry menegaskan, kapan tepatnya BI Rate akan kembali turun, hal itu akan bergantung pada kondisi global terutama dampak terhadap rupiah.

“Timing akan kami lihat bagaimana kondisi global terutama terhadap stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry.

Adapun saham-saham konsumen non primer, saham kesehatan, dan juga saham keuangan menjadi pemberat pelemahan IHSG dengan tertekan mencapai 1,18%, 1,01%, dan 0,98%.

Saham-saham perbankan unggulan yang melemah terdalam adalah, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) melemah 3,41% dan juga saham PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) turun 3,39%.

Senada, saham PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) drop 2,68%, saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) turun 2,54%. Serta, saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melemah 2,11%.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, kinerja rupiah membaik pada kuartal dua ini di tengah kondisi global yang masih berisiko akan tetapi yield aset instrumen keuangan RI masih menarik.

Itu mendorong arus masuk modal asing pada Juni di mana modal global memborong SBN senilai Rp11 triliun pada bulan ini. Sementara di saham, arus keluar modal asing mulai menyusut Rp3 triliun dan outflows di SRBI sebesar Rp5 triliun.

Itulah yang mendukung penguatan rupiah selama Mei dan Juni, sehingga selama kuartal ini rupiah menguat 1,72% quarter-to-date, sejalan dengan pergerakan rupiah di peers group. 

(fad)

No more pages