“Harapan kami sebagai BUMN, tentunya PTBA mendukung apa yang diarahkan pemerintah, dengan memperhatikan kelayakan yang normal. Bukit Asam sebagai perusahaan terbuka harus menyampaikan juga, jangan sampai kegiatan-kegiatan yang dioperasikan memberikan efek negatif buat perusahaan,” ujar Arsal.
Proyek Pilot
Sembari menunggu hasil kajian terhadap proyek DME, Arsal menyebut Bukit Asam fokus pada proyek pilot untuk menghilirkan batu bara menjadi grafit sintetis.
Untuk proyek ini, perseroan telah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sekarang masih berada di tahap penelitian.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Niko Chandra membenarkan perseroan masih terus melanjutkan berbagai kajian mengenai proyek-proyek hilirisasi batu bara, sesuai mandat Presiden Prabowo Subianto.
“Termasuk juga penjajakan dengan mitra-mitra potensial dalam rangka untuk memastikan proyek ini secara keekonomian juga memadai,” terangnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mempertimbangkan agar gasifikasi batu bara menjadi DME menjadi proyek mandatori bagi Bukit Asam.
“Termasuk DME batu bara. Salah satu di antaranya akan ke sana [mandatori PTBA],” kata Bahlil seusai rapat dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jumat (23/5/2025).
PTBA sendiri sudah aktif melakukan penjajakan dengan calon mitra potensial untuk proyek tersebut, terutama perusahaan dari China seperti China National Chemical Engineering Group Corporation (CNCEC), China Chemical Engineering Second Construction Corporation (CCESCC), Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan East China Engineering Science and Technology Co Ltd (ECEC).
Dari seluruh calon mitra tersebut, baru ECEC yang sudah menyatakan minat menjadi mitra investor, meski bukan dengan skema investasi penuh atau full investment.
ECEC sendiri telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada 18 November 2024 dengan processing service fee (PSF) indikatif yang diusulkan berada di rentang US$412—US$488 per ton.
Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan ekspektasi Kementerian ESDM pada 2021 sebesar US$310 per ton.
(wdh)
































