Logo Bloomberg Technoz

Pasar diliputi kenaikan ekspektasi bahwa peluang penurunan bunga acuan AS, Fed fund rate, mungkin lebih besar di sisa tahun ini setelah inflasi inti CPI Amerika angkanya lebih kecil ketimbang perkiraan pasar.

Di sisi lain, hasil kesepakatan AS dengan Tiongkok di London walau belum terlalu terperinci hasilnya, cukup meredakan tensi geopolitik global.

Namun, pasar juga masih waspada terhadap langkah kuda-kuda Trump yang berniat mengirim surat kepada mitra dagang dalam satu hingga dua pekan ke depan untuk menetapkan tarif sepihak, sebelum batas waktu 9 Juli untuk mengenakan kembali bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara.

Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS,Rabu (2/4/2025). (Kent Nishimura/Bloomberg)

"Kami akan mengirim surat dalam waktu sekitar satu setengah minggu, dua minggu, ke negara-negara, untuk memberi tahu mereka apa kesepakatannya," kata Trump kepada wartawan pada Rabu (11/6/2025) waktu setempat, di John F. Kennedy Center for the Performing Arts, Washington; tempat dia menghadiri sebuah pertunjukan.

"Pada titik tertentu, kami akan mengirim surat. Dan saya pikir Anda mengerti bahwa, dengan mengatakan ini adalah kesepakatannya, Anda dapat menerimanya atau meninggalkannya," tambahnya.

Tidak jelas apakah Trump akan menepati janjinya. Presiden sering menetapkan batas waktu dua pekan untuk tindakan, tetapi kemudian tindakan itu dilakukan atau tidak dilakukan sama sekali.

Penetapan tarif sepihak AS itu kemungkinan besar termasuk kepada Indonesia yang hasil negosiasinya sampai hari ini belum diungkap jelas.

Masih adanya tanda tanya detil kesepakatan dengan China, juga rencana melemparkan tarif sepihak menyusul berakhirnya jeda penerapan tarif resiprokal membuat pasar cenderung waspada. IHSG pagi ini dibuka melemah 0,04% dan lanjut di zona merah di 7.209,28, di tengah mengecilnya arus beli modal asing di ekuitas domestik.

Sementara di pasar surat utang RI, seperti ditunjukkan oleh data OTC Bloomberg, arus beli membesar ditandai dengan penurunan tingkat imbal hasil SUN di semua tenor. Yield 2Y turun tipis 0,2 bps kini di 6,249%, tenor 5Y stagnan, sedangkan tenor 10Y terpangkas 1,5 bps kini di 6,733%.

Hari ini, pelaku pasar domestik akan mencermati rilis keyakinan konsumen oleh Bank Indonesia untuk bulan Mei. Data survei konsumen tersebut juga akan memuat perkembangan kondisi keuangan masyarakat Indonesia, termasuk rasio tabungan, rasio utang juga proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 11 Juni 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini. Target resistance potensial tembus Rp16.210/US$ hingga mencapai Rp16.200/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.180/US$ hari ini, yang saat ini makin mendekati resistance psikologis potensial.

Adapun rupiah terkonfirmasi memiliki level resistance paling menarik di Rp16.100/US$, tercermin dari time frame daily dengan keberhasilan break resistance sebelumnya.

Kinerja rupiah, IHSG, juga SBN sepanjang tahun 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Angka inflasi AS yang lebih rendah ketimbang prediksi, terutama untuk inflasi inti, mungkin akan memperkuat ekspektasi pasar akan penurunan lebih lanjut BI rate bulan ini.

Kemarin, yield SBN tenor 10 tahun menyentuh level terendah sejak November, mencerminkan animo yang kian kuat pasar untuk surat utang RI.

Di pasar ekuitas, sentimen penurunan BI rate bisa mendorong kenaikan harga-harga saham termasuk saham perbankan, saham konsumer juga saham properti. 

Penurunan BI rate mungkin dibutuhkan untuk mendorong perekonomian terbesar di Asia Tenggara yang tengah menghadapi kelesuan daya beli ini.

Lembaga pemeringkat global S&P Global's Ratings, memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun ini akan melambat hanya melaju 4,6%.

Pengucuran stimulus fiskal senilai Rp24,4 triliun dinilai belum akan mampu mengubah prospek ekonomi tahun ini karena akan memberi dampak terbatas pada momentum konsumen secara keseluruhan, menurut Virgi Rana, Ekonom Senior S&P Global Ratings, melansir Bloomberg News.

S&P Global memperkirakan BI akan kembali memangkas bunga acuan hingga menjadi 4,75% pada akhir tahun ini seiring inflasi yang terkendali, juga menimbang upaya stabilisasi rupiah yang akan diuntungkan oleh tren bearish dolar AS. 

(rui)

No more pages