"Efisiensi fiskal berlebihan dilakukan saat ini justru berpotensi mendelusi potensi pertumbuhan ekonomi," tekannya.
Perihal asumsi nilai tukar Rupiah di level Rp16.500-Rp16.900/US$, lanjut Eko, terlampau depresiatif. Hal ini justru bisa memperlemah optimisme pasar. Ditambah dengan tingginya yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun 6,6%-7,2% menjadi alarm bahwa kurangnya kepercayaan pasar terhadap risiko fiskal Indonesia.
"Target inflasi realistis tapi tetap berisiko. Waspada fluktuasi harga pangan dan ketidakpastian global," pungkasnya.
(wep)
No more pages