Dengan bergabungnya Salim Group pada 1990 sebagai salah satu pemegang saham utama semakin mendorong inisiatif ekspansi bisnis perseroan, dan pada 1993.
Perseroan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), satu langkah untuk meningkatkan pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas 80% pada saat ini terdistribusi 43,84% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group dan 35,84% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara saham minoritas (20%) terbagi kepada Masyarakat dan Koperasi Karyawan.
Sejumlah gerai yang sudah dibuka sebelumnya direnovasi untuk memberikan tampilan baru yang lebih segar dan modern sesuai dengan obyektif Perseroan.
Pada akhir 2022, Perseroan mengoperasikan total 739 gerai, yang tersebar di 32 dari 33 propinsi, di lebih dari 150 kota-kota di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan sekitar 15.492 karyawan dengan hasil penjualan lebih dari Rp3,317 triliun.
Pada minggu pertama bulan Oktober di tahun ini, untuk pertama kali sejak Perseroan terdaftar sebagai perusahaan publik, Obligasi diterbitkan tanpa warkat berjangka waktu lima tahun dengan bunga Obligasi sebesar 9,5% per tahun yang dibayarkan setiap tiga bulan, yang pada dasarnya akan digunakan untuk membiayai pendirian gerai-gerai baru, renovasi atas gerai-gerai Perseroan yang sudah ada, perluasan gudang-gudang produksi Perseroan yang sudah ada, serta pembangunan gudang-gudang baru.
Terkena efek boikot dan pandemi
Emiten pewaralaba restoran ayam cepat saji KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menjelaskan sebab perusahaan menanggung kerugian hingga menutup 47 gerai hingga memecat lebih dari 2.000 karyawan.
Manajemen mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh dampak berkepanjangan wabah pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 2020 lalu.
Kemudian, hal lainnya adalah masih melekatnya efek sentimen boikot karena dianggap memiliki kaitan dengan Israel di tengah-tengah konflik yang terjadi di Gaza, Palestina sejak Oktober 2023 lalu.
"Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil Grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024," tulis manajemen.
Dalam laporan yang berakhir September 2024, FAST memang membukukan kerugian bersih sebesar Rp557 miliar. Angka tersebut membengkak 266,59% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang rugi sebesar Rp152,4 miliar.
Anthoni Salim Tolong KFC Suntik dana Rp 40 M
Emiten Anthoni Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), resmi menambah penyertaan modalnya di PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).
Penyertaan modal DNET dilakukan sejalan dengan aksi korporasi berupa private placement yang dilakukan oleh pemilik jaringan gerai KFC Indonesia tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi, dikutip Senin (2/6/2025), DNET menggelontorkan dana sebesar Rp40 miliar dan mengambil bagian sebesar 266,7 juta saham baru yang diterbitkan FAST dengan harga pelaksanaan Rp150 per saham.
Dengan langkah ini, porsi kepemilikan DNET di FAST meningkat dari 35,84% menjadi 37,51%.
Namun, suntikan modal ini baru merepresentasikan setengah dari total target dana Rp80 miliar yang ingin dihimpun FAST melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).
Dalam keterbukaan informasi sebelumnya, manajemen FAST menyebutkan bahwa dana hasil aksi ini akan digunakan untuk pembelian persediaan dan pembayaran kewajiban lancar senilai Rp52 miliar, serta sisanya sebesar Rp28 miliar untuk kebutuhan operasional karyawan.
Belum diketahui apakah sisa target dana akan dipenuhi oleh investor lain atau akan diterbitkan sebagian secara bertahap.
Namun partisipasi Indoritel ini menunjukkan komitmen pemegang saham pengendali untuk menopang kondisi keuangan FAST yang sedang mengalami tekanan, sekaligus memperbesar pengaruhnya terhadap arah strategis perusahaan.
(dec/spt)
































