Logo Bloomberg Technoz

Faktor Permintaan

Kesulitan penambang Indonesia untuk memacu produksi pada 2025, kata Gita, turut dipengaruhi oleh faktor permintaan yang lesu dari China dan India selaku konsumen utama.

Sepanjang Januari—April tahun ini, dia menyebut permintaan batu bara khususnya dari China sangat tertekan seiring dengan upaya Negeri Panda untuk menggenjot produksi domestik mereka.

“Ada pula data yang kami himpun bahwa stok mereka ini sangat anomali pada tahun ini, di mana mereka sepertinya sudah membaca tentang stok, sehingga batu bara mereka itu sudah lebih banyak,” tutur Gita.

Penurunan permintaan tersebut paling terasa saat momentum Imlek atau Tahun Baru China pada Januari, padahal perayaan tersebut biasanya menandakan kenaikan permintaan energi yang cukup besar dari raksasa Asia Timur itu.

Selain China, permintaan dari India juga tengah mengatrol produksi batu bara domestiknya sehingga permintaan impor dari Negeri Bollywood juga ikut menurun.

Gita menyebut, meskipun terdapat kenaikan permintaan dari berbagai pasar lain, volumenya tidak bisa menyamai permintaan dari China dan India. 

“Negara-negara lain juga masih wait and see sifatnya. Terlebih, sekarang dengan kebijakan tarif Trump, industri juga tidak banyak bergerak. Ini juga memengaruhi semua ke dunia,” ujar Gita.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara pada Maret 2025 sebesar US$1,97 miliar, anjlok sebesar 5,54% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

“Nilai ekspor batu bara turun 5,54% secara bulanan dan turun 23,14% secara tahunan," papar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

Komoditas dengan kode HS 2701 itu memberikan pangsa sebesar 9,03% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 senilai 30,01%.  Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat (AS), dan India.

(wdh)

No more pages