Rupiah Non Deliverable Forward (NDF) di pasar offshore juga bergerak lebih kuat di kisaran Rp16.258/US$ setelah pekan lalu membukukan penguatan 1,5%.
Sinyal-sinyal tersebut menjadi penanda rupiah spot pada Senin ini bisa lebih kuat bergerak setelah pada pekan lalu juga membukukan penguatan 1,33% dan ditutup di level Rp16.222/US$.
Lanskap global masih berpihak pada pasar negara berkembang menyusul keputusan penundaan tarif 50% pada Uni Eropa oleh Presiden AS Donald Trump sampai 9 Juli nanti.
Kabar itu melegakan pasar yang sempat mencemaskan akan kembali panasnya tensi perang dagang AS dengan salah satu sekutu utama mereka.
Yang pasti, langkah-langkah Trump mencerminkan peningkatan ketidakpastian pasar dengan begitu cepatnya perubahan. Setelah pada Jumat melontarkan ancaman pada Uni Eropa dengan keputusan kenaikan tarif resiprokal dari 20% menjadi 50%, pada Ahad ia kembali melempar pernyataan penundaan penerapannya sampai 9 Juli nanti.
Di sisi lain, pasar pun masih mencermati perkembangan utang AS seiring dengan pengesahan beleid pajak baru oleh DPR setempat. Kini, tahapan di Senat akan dicermati oleh pasar.
"Pola yang jelas telah muncul bila menyangkut strategi tarif Trump, ancaman tarif besar segera diikuti oleh jeda tarif selama negosiasi berlangsung. Jadi investor mulai memahami strategi tarif dengan cukup baik, dengan sikapnya yang bolak-balik dengan Uni Eropa dalam masalah ini menjadi contoh terbaru," komentar Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade di Sydney, dilansir dari Bloomberg News.
Lanskap global belakangan makin menguntungkan pasar negara berkembang, terdorong oleh arus 'Sell America'. Modal global makin agresif berburu aset yang menawarkan imbal hasil menarik meski mungkin sedikit berisiko. Tak terkecuali di pasar surat utang domestik.
Data Bank Indonesia yang dirilis pekan lalu menyebutkan, berdasarkan data transaksi 19 - 22 Mei 2025, secara agregat nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp14,73 triliun.
Angka itu terdiri dari beli neto sebesar Rp1,54 triliun di pasar saham dan sebesar Rp14,13 triliun di pasar SBN, serta jual neto sebesar Rp950 miliar di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melanjutkan tren penguatan menuju level Rp16.200/US$ yang merupakan resistance pertama dengan target penguatan kedua akan melaju Rp16.170/US$.
Apabila kembali break kedua resistance tersebut dengan optimis, terlebih lagi di sepekan perdagangan ke depan, rupiah berpotensi menguat lanjutan dengan menuju level Rp16.100/US$ sebagai resistance paling potensial.
Namun demikian Jika nilai rupiah terjadi pelemahan hari ini, support menarik dicermati ada pada level di kisaran Rp16.250/US$ dan selanjutnya Rp16.300/US$ hingga Rp16.380/US$ sebagai support kuat.
Investasi Tiongkok
Dari dalam negeri, sentimen pasar juga tengah memberi dukungan bagi kenaikan harga-harga aset di pasar portofolio juga rupiah.
Kunjungan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang ke Indonesia hingga Senin hari ini, sejauh ini telah menghasilkan kesepakatan bilateral dalam berbagai bidang, mulai ekonomi, pertanian hingga kesehatan.
Di antaranya adalah penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Bank Indonesia dan People's Bank of China (PBOC) yang menyepakati pembentukan kerangka kerja sama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral.
Lalu, Dewan Ekonomi Nasional RI dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok (NDRCC) menjalin kerja sama dalam kebijakan pembangunan ekonomi.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian Perdagangan Tiongkok juga menandatangani MoU untuk memperkuat kerja sama di bidang industri dan rantai pasok.
MoU juga ditandatangani antara Kemenko Bidang Perekonomian dengan Kementerian Perdagangan Tiongkok, dan Pemerintah Provinsi Fujian, China terkait inisiatif 'Two Countries, Twin Parks'—sebuah program kolaboratif pembangunan kawasan industri terintegrasi di kedua negara.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok Garibaldi ‘Boy’ Thohir menjabarkan investasi China ke Tanah Air yang diboyong melalui kunjungan Perdana Menteri Li Qiang akan difokuskan pada delapan sektor industri.
Sektor-sektor tersebut a.l. infrastruktur dan konektivitas; industri hilirisasi; manufaktur; energi terbarukan; digitalisasi; teknologi tinggi; kecerdasan buatan; kesehatan dan bioteknologi, pendidikan dan Iptek; serta ketahanan pangan termasuk sektor pertanian dan perikanan laut.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkapkan China berencana masuk ke investasi industri pengolahan susu di Indonesia, sebagai bagian dari agenda kunjungan Perdana Menteri Li Qiang ke Tanah Air.
(rui)





























