
Bloomberg Technoz, Jakarta - Biaya pendidikan yang terus merangkak naik setiap tahun menjadi tantangan besar bagi banyak keluarga Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan tersebut berkisar antara 10% hingga 15% per tahun. Kondisi ini mendorong pentingnya perencanaan keuangan sejak dini untuk masa depan pendidikan anak.
“Pendidikan bukan hanya soal gelar, tetapi tentang membuka peluang masa depan yang lebih baik,” demikian bunyi laporan yang diterima Bloomberg Technoz hari ini. Namun di tengah lonjakan biaya pendidikan, menabung saja tidak lagi cukup. Orang tua dituntut untuk lebih cerdas dan mulai mempertimbangkan investasi sebagai solusi jangka panjang.
Salah satu cara yang direkomendasikan adalah dengan memanfaatkan instrumen investasi di pasar modal, seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Masing-masing memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri. Saham misalnya, cocok untuk jangka panjang karena potensi imbal hasilnya tinggi, meskipun disertai risiko fluktuasi pasar yang besar.
“Jika anak Anda baru berusia satu tahun, dan dana pendidikan dibutuhkan saat ia berusia 18 tahun, maka investasi saham dapat menjadi pilihan karena waktunya masih panjang,” tulis laporan tersebut.
Obligasi menjadi pilihan yang lebih stabil karena menawarkan kupon tetap, sementara reksa dana menjadi opsi fleksibel yang bisa disesuaikan dengan profil risiko dan jumlah dana yang tersedia.