Gejolak di pasar obligasi mencerminkan kekhawatiran terhadap membengkaknya utang AS, yang makin diperbesar setelah lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat utang pemerintah AS dari level tertingginya pada Jumat lalu. Para investor khawatir bahwa RUU pajak andalan Presiden Donald Trump yang lolos dengan margin tipis di DPR akan makin memperbesar defisit anggaran negara.
Bagi sejumlah pengamat pasar, pesan dari investor obligasi sudah jelas: jika AS tidak segera memperbaiki kondisi keuangannya, risiko memberi pinjaman ke pemerintah akan meningkat, dan biaya pinjaman melalui obligasi jangka panjang akan terus naik. Ini akan makin mempersulit pengendalian defisit dan menaikkan beban biaya pinjaman bagi rumah tangga serta pelaku usaha.
Indeks S&P 500 turun kurang dari 0,1%, sedangkan Nasdaq 100 naik tipis 0,2%. Dow Jones Industrial Average nyaris tak berubah.
Yield obligasi Treasury 10 tahun turun tujuh basis poin menjadi 4,53%. Indeks dolar AS naik 0,2%. Sementara itu, harga Bitcoin menembus level US$111.000 untuk pertama kalinya.

“Meski defisit yang besar belum tentu menyebabkan gagal bayar, tetap saja itu berarti akan ada lebih banyak penerbitan obligasi, dan kemungkinan memicu inflasi jika utang tersebut dimonetisasi untuk menghindari default,” ujar Thierry Wizman dari Macquarie. “Apa pun skenarionya, hal ini membuat instrumen pendapatan tetap menjadi investasi jangka panjang yang kurang menarik.”
Menurut Fawad Razaqzada dari City Index dan Forex.com, pasar masih dalam kondisi tidak stabil. Ia menyebut bahwa imbal hasil tinggi “terkenal tidak ramah terhadap aset berisiko.”
“Meski koreksi saham di Wall Street baru-baru ini masih tergolong terkendali, ada rasa waswas bahwa gejolak lebih besar mungkin terjadi dalam waktu dekat, memicu keraguan atas narasi optimisme pasar saham AS,” jelasnya.

Wall Street juga mencermati sejumlah rilis data ekonomi.
Aktivitas bisnis dan ekspektasi output di AS menunjukkan perbaikan seiring meredanya kekhawatiran atas isu perdagangan, meskipun tekanan harga tetap meningkat. Dalam indikasi bahwa pasar tenaga kerja masih sehat, klaim pengangguran awal turun ke level terendah dalam empat pekan. Namun, di sisi lain, penjualan rumah yang sudah ada (existing home) tercatat mengalami penurunan tak terduga.
“Data ekonomi ‘keras’ sejauh ini belum menunjukkan bahwa ekonomi AS sedang dalam kesulitan,” ujar Don Rissmiller dari Strategas. “Sebagian aktivitas kemungkinan telah ditarik ke depan sebelum tarif diberlakukan. Sekarang saatnya mulai merasakan dampaknya, dan jika pasar obligasi memberi sinyal disiplin pada para politisi, sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga akan menghadapi tekanan tambahan saat negosiasi anggaran berlanjut sepanjang musim panas.”
Deputi Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyatakan bahwa bank sentral AS bisa mulai memangkas suku bunga pada paruh kedua 2025 jika tarif dari pemerintahan Trump terhadap mitra dagang AS bisa ditekan hingga sekitar 10%.
“Jika kita bisa menurunkan tarif ke kisaran 10% dan semuanya selesai serta disepakati paling lambat Juli, maka kita berada di posisi yang baik untuk paruh kedua tahun ini,” kata Waller dalam wawancaranya di Fox Business, Kamis.
(bbn)