Sekadar catatan, iuran keanggotaan MDR untuk mengakses data migas di Indonesia diwajibkan bagi KKKS anggota, baik yang memiliki WK maupun tidak.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), anggota yang mengelola lebih dari 5 WK diwajibkan mengiur US$50.000, sedangkan yang memiliki 2—5 WK US$40.000, dan 1 WK US$20.000.
Sementara itu, anggota yang tidak memiliki atau terafiliasi dengan WK di Tanah Air dikenai biaya US$35.000.
Lebih lanjut, Rikky mengatakan belum bisa membocorkan detail spesifik areal WK yang akan ditawarkan instansinya ke Shell lantaran perusahaan tersebut masih melakukan proses studi bersama atau joint study dan belum akan mengikuti proses lelang.
Berbeda dengan lelang, joint study merupakan mekanisme penawaran WK di mana para investor dapat mencari data cadangan migas secara independen, dengan risiko dan ongkos yang ditanggung sendiri.
“Mereka lagi evaluasi, belum dirilis sekarang. Mereka pasti joint study. [Areanya] belum,” kata Rikky.
Blok Akimeugah
Di sisi lain, Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar mengonfirmasi pemerintah akan melelang sekitar 60 blok migas dalam rentang dua tahun ke depan, di mana salah satu blok yang ditenderkan adalah Akimeugah, atau yang sebelumnya disebut Blok Warim.
Blok Akimeugah, menurut Asnidar, akan menjadi salah satu WK raksasa (giant) yang kemungkinan besar bakal ditawarkan kepada big oil seperti Shell dan Chevron Corp, maupun perusahaan multinasional lainnya.
“[Akimeugah] termasuk. Kita tawarkan semua, siapapun investor yang dapat. Iya [termasuk Chevron dan Shell],” ujarnya saat dimintai konfirmasi Bloomberg Technoz.
Sebelumnya, Kementerian ESDM membenarkan Shell tengah mempertimbangkan untuk kembali berinvestasi di aset hulu migas Indonesia.
Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas Nanang Abdul Manaf mengungkapkan rencana Shell itu telah disampaikan ke Tim Eksplorasi SKK Migas.
“Iya, kebetulan [niatan Shell telah] disampaikan ke Tim Eksplorasi SKK Migas. Tim SKK Migas kemudian menyampaikannya ke saya,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Senin (19/5/2025).
Nanang menyebut raksasa energi asal Eropa itu saat ini tengah memasuki tahap evaluasi minat area bersama tim SKK Migas. “Shell cari wilayah yang kemungkinan dapat giant discovery,” ujarnya.
Hanya saja, Nanang menuturkan, detail rencana investasi itu masih menjadi pembicaraan internal Shell. Dengan demikian, dia belum dapat berkomentar banyak ihwal blok migas potensial mana yang dibidik Shell nantinya.
“Belum diinformasikan, mungkin internal mereka sudah punya kandidat,” tuturnya.
Namun, Berdasarkan informasi yang didapatkannya dari SKK Migas, Nanang menyebut sejumlah raksasa migas global kemungkinan besar tengah mencari cadangan migas baru berukuran raksasa atau giant.
“Saya yakin sekelas Chevron, TotalEnergies, dan Shell yang kita masukkan dalam kategori super major oil companies; mereka mencari cadangan migas baru yang ukurannya giant, seperti ukuran Lapangan Banyu Urip, Abdai Masela, Geng North, dan lainnya.”
Nanang menerangkan WK migas dengan kapasitas cadangan jumbo tersebut kebanyakan terdapat di areal frontier seperti laut dalam.
Adapun, areal-areal tersebut kebanyakan tersebar di Pantai Barat Sumatra, Pantai Selatan Jawa Timur atau yang disebut Fore Arc Basins, dan cekungan Andaman.
Lalu, ada pula yang tersebar di wilayah Timur Indonesia seperti di sekitar Banda Arc, Timor, dan Arafura.
“Kalau yang on shore ke arah Warim [atau Akimeugah], perbatasan dengan Papua Nugini,” lanjutnya.
(wdh)


































