Trump mengumumkan kenaikan tarif yang cukup signifikan untuk berbagai mitra dagangnya pada 2 April. Namun, kebijakan ini ditunda selama 90 hari, di tengah kepanikan investor, untuk memberi waktu bagi pemerintah negara lain bernegosiasi dengan Trump. Meski demikian, dalam beberapa minggu belakangan, Trump justru enggan melakukan negosiasi terus-terusan dengan mitra dagangnya.
Saat pemerintahan Trump memprioritaskan pembicaraan mengenai perdagangan dengan puluhan negara, keterbatasan sumber daya dan tenaga kerja membuat negosiasi mustahil digelar secara bersamaan dengan semua negara yang terkena dampak dari kebijakan tarif Trump tersebut.
Tarif diberlakukan di perbatasan oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS. Namun, biaya tambahan ini sering kali dibebankan sebagian atau sepenuhnya kepada konsumen di dalam negeri.
Awal bulan ini, Trump menyatakan bahwa dirinya akan langsung menetapkan tingkat tarif bagi banyak negara yang ingin menghindari beban tarif lebih tinggi, tanpa melalui proses negosiasi panjang.
Saat ini, negosiasi masih berlangsung dengan sejumlah negara dengan ekonomi besar, seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan Uni Eropa. Trump juga baru-baru ini menyepakati kerangka perdagangan dengan Inggris, serta pengurangan tarif sementara secara timbal balik dengan China guna memberi lebih banyak waktu untuk berunding.
Pada Kamis, Presiden AS itu menyebut bahwa India telah mengajukan tawaran untuk menurunkan tarif terhadap barang-barang AS, meskipun pemerintah India belum mengonfirmasi klaim tersebut.
"Kami punya empat atau lima kesepakatan lagi yang akan segera diselesaikan," kata Trump pada 9 Mei, saat membahas rencana kerja samanya dengan Inggris. "Masih banyak kesepakatan lain yang sedang diproses. Pada akhirnya, kami tinggal menandatangani sisanya."
(bbn)


































