Paling tidak terdapat 15 pesawat yang dikandangkan lantaran Perseroan mengalami kesulitan dalam pembayaran maintenance pesawat, hal ini diungkapkan oleh pihak yang mengetahui hal tersebut awal bulan ini. Beberapa supplier juga meminta pembayaran lebih awal untuk suku cadang dan pegawai lantaran adanya kekhawatiran terrkait situasi keuangan Garuda, kata salah satu pihak.
Pada Bulan Desember, Garuda memiliki utang US$ 1,4 miliar lebih dari asetnya, defisit modal tersebut menurut beberapa analis harus dilunasi sebelum Garuda dapat kembali berfungsi secara normal seiring dengan Perusahaan yang berpotensi untuk memperoleh pendanaan eksternal.
Restrukturisasi utang terbaru Garuda telah dilakukan di bulan Desember 2022, sesuai dengan putusan pengadilan pada Juni 2022. Maskapai ini diperbolehkan untuk melakukan restrukturisasai liabilitas kira-kira US$9,6 miliar
Pemerintah Indonesia telah menyerahkan 65% saham Garuda ke Danantara pada Bulan Maret lalu sebagai bagian dari perombakan yang diperintahkan oleh Presiden Prabowo Subianto terkait tata kelola BUMN.
Maskapai berusia 76 tahun ini merupakan salah satu perusahaan padat karya dan moda transportasi vital bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau.
Salah satu alasan Garuda kesulitan secara finansial saat ini adalah kebijakan pemerintah terkait batas atas harga tiket pesawat domestik. Kebijakan ini dirancang untuk mengatur dan mengendalikan harga tiket kelas ekonomi agar tetap terjangkau bagi penumpang. Namun, hal tersebut membuat maskapai di Indonesia kesulitan menaikkan tarif demi meningkatkan pendapatan.
(bbn)
































