“Kalau sudah selesai baru kita mulai bicara tentang strategi implementasinya,” ujarnya.
Bahlil sebelumnya sempat menyebut pemerintah juga akan menaikkan porsi impor gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) dari AS dari hanya 54% menjadi sekitar 80%—85% dari total impor komoditas tersebut, yang sebanyak 7—8 juta ton/tahun.
Sementara itu, porsi impor minyak mentah dari AS akan dinaikkan dari hanya 4% menjadi sekitar 40%.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal berpendapat pemerintah kurang memperhatikan faktor nilai atau harga saat mengambil kebijakan realokasi impor minyak mentah, LPG, dan bahan bakar minyak (BBM) ke AS demi menghindari tarif timbal balik Trump.
Pemerintah terkesan hanya memperhitungkan faktor volume yang tidak berubah dari kuota awal, padahal biaya impor juga dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri berikut ongkos logistiknya.
Dari sisi jarak saja, menurut Moshe, rute kargo dari AS ke Indonesia lebih jauh dibandingkan dengan dari Timur Tengah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas Indonesia sepanjang 2024 mencapai US$36,27 miliar. Postur impor itu berasal dari pembelian minyak mentah senilai US$10 miliar dan hasil migas sebesar US$25,92 miliar.
Adapun, kuota impor minyak mentah Indonesia dari AS terbilang kecil dibandingkan dengan realisasi impor sepanjang 2024. Indonesia mengimpor minyak mentah dari AS sekitar US$430,9 juta pada periode tersebut.
Sebagian besar impor minyak mentah Indonesia berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria hingga Australia. Sementara itu, impor BBM kebanyakan berasal dari kilang di Singapura.
(mfd/wdh)




























