Tony Capaccio - Bloomberg News
Bloomberg, China diperkirakan akan memiliki puluhan rudal nuklir berbasis orbit yang mampu menjangkau Amerika Serikat (AS) dengan waktu tempuh jauh lebih singkat dibandingkan rudal balistik antarbenua (ICBM) konvensional dalam satu dekade mendatang. Hal ini disampaikan oleh Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA) pada Selasa (13/5/2025).
Lembaga itu merilis sebuah grafik sebagai pengantar untuk pengumuman dari Gedung Putih mengenai ancaman terhadap AS yang akan dihadapi oleh sistem pertahanan rudal “Golden Dome” yang menjadi proyek prioritas Presiden Donald Trump.
Grafik tersebut menunjukkan kemungkinan peningkatan kemampuan rudal balistik antarbenua dari negara-negara pesaing seperti China, Iran, dan Rusia. Menurut data dalam grafik itu, China bisa memiliki hingga 700 ICBM berkepala nuklir pada tahun 2035, meningkat dari 400 unit saat ini. Iran diperkirakan memiliki 60 ICBM, dari sebelumnya nihil. Sementara itu, persediaan rudal Rusia bisa bertambah menjadi 400 dari 350 unit saat ini.
Yang lebih mengkhawatirkan, grafik tersebut mengungkap potensi pertumbuhan rudal nuklir berbasis ruang angkasa yang dikenal sebagai Fractional Orbital Bombardment System (FOBS), khususnya oleh China, serta dalam jumlah lebih kecil oleh Rusia.
Sistem senjata ini diluncurkan ke orbit rendah sebelum kembali masuk atmosfer untuk menyerang target. Keunggulannya adalah waktu terbang yang jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan ICBM konvensional. Selain itu, senjata ini bisa mengorbit melewati Kutub Selatan untuk menghindari sistem deteksi dini dan pertahanan rudal yang biasanya menghadap ke Kutub Utara.
“Senjata ini melepaskan hulu ledaknya sebelum menyelesaikan satu orbit penuh,” jelas DIA.
DIA memproyeksikan bahwa pada 2035, China bisa memiliki 60 senjata FOBS dari yang saat ini belum ada, sementara Rusia diprediksi memiliki 12 unit dari kondisi nol saat ini.
Pada 2021, terungkap bahwa China telah melakukan uji coba sistem FOBS, yang langsung memicu kekhawatiran di kalangan militer AS.
“Apa yang kami saksikan adalah peristiwa yang sangat signifikan dalam pengujian sistem senjata. Dan ini sangat mengkhawatirkan,” kata Jenderal Mark Milley, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan, dalam wawancara dengan Bloomberg Television pada Oktober 2021. “Saya tidak tahu apakah ini bisa disebut momen Sputnik, tapi saya rasa ini sangat dekat. Perhatian kami tertuju sepenuhnya ke situ.”
Secara terpisah, grafik DIA juga memperkirakan bahwa China bisa memiliki hingga 4.000 Hypersonic Glide Vehicles (HGV) pada 2035, meningkat dari 600 unit saat ini. HGV diluncurkan oleh rudal balistik dan meluncur dalam lintasan rendah ke target, setidaknya selama setengah waktu tempuhnya. HGV bisa dilengkapi hulu ledak nuklir, namun menurut grafik tersebut, China kemungkinan telah mengerahkan senjata konvensional dengan jangkauan cukup untuk menyerang Alaska.
Hingga saat ini, Departemen Pertahanan dan Gedung Putih belum memberikan rincian spesifik tentang arsitektur, jadwal, maupun biaya dari proyek Golden Dome.
“Belum ada yang benar-benar mendefinisikan apa itu Golden Dome,” kata Ken Calvert, Ketua Subkomite Anggaran Pertahanan DPR AS, dalam sebuah wawancara pekan lalu. “Apakah ini untuk melindungi seluruh daratan AS dan Alaska? Apa yang sebenarnya kita lakukan, dan bagaimana caranya? Saya sudah dengar dari semua konsultan di kota ini yang ingin ikut campur.”
Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan bahwa AS mungkin harus menggelontorkan dana hingga 542 miliar dolar AS dalam 20 tahun untuk mengembangkan dan meluncurkan bagian paling belum teruji dan paling kontroversial dari sistem ini — yaitu jaringan pencegat berbasis luar angkasa.
CBO menyebut, bahkan dalam skenario dengan biaya terendah, jaringan tersebut bisa menghabiskan US$161 miliar. Biaya akhir akan tergantung pada ongkos peluncuran dan jumlah senjata yang ditempatkan di orbit.
Rencana Trump ini mengingatkan publik pada ambisi mantan Presiden Ronald Reagan yang belum terealisasi, yaitu sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa yang populer dengan sebutan “Star Wars.”
(bbn)