Logo Bloomberg Technoz

“Amman terus melakukan pengeboran secara intensif pada tahun 2020 untuk menemukan cadangan baru yang dapat memperpanjang usia tambang Batu Hijau,” kata Kartika lewat siaran pers, Selasa (13/5/2025).

Kartika menambahkan perseroannya turut meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional seiring dengan perpanjangan usia tambang sampai 2030 nanti.

Sesuai rencana saat ini, AMMN akan melanjutkan penambangan Fase 8 di tambang Batu Hijau hingga 2030, dengan potensi pemanfaatan stockpile hingga 2033.

Setelah itu, penambangan akan berlanjut ke Cebakan Elang, salah satu deposit tembaga dan emas porfiri terbesar di dunia yang belum dikembangkan, yang dijadwalkan akan berlangsung hingga 2046.

“Kami yakin Fase 8 akan menjadi tonggak kesuksesan berikutnya bagi Amman dan Indonesia,” kata Kartika.

Selepas operasi beralih ke Fase 8 di tambang Batu Hijau, AMMN mengoreksi proyeksi produksi tembaga dan emas pada tahun ini.

Seperti diketahui, AMMN menargetkan produksi tembaga mencapai 228 Mlbs, lebih rendah dari produksi pada tahun lalu di level 395 Mlbs — saat operasi berada di akhir Fase 7.

Malahan, produksi tembaga sempat mencapai rekor tertinggi di angka 465 Mlbs pada 2022 lalu. Artinya, target produksi tembaga tahun ini susut 50,97% dari rekor tertingginya 3 tahun lalu.

Sementara itu, target produksi emas dari Fase 8 hanya mencapai 90 koz, terkoreksi 88,79% dari capaian produksi tahun sebelumnya di angka 803 koz.

Rugi AMMN Sentuh Rp2,32 Triliun Kuartal I-2025

AMMN mencatat kerugian sebesar US$138,76 juta atau sekitar Rp2,32 triliun (asumsi kurs Rp16.666 per dolar AS) sepanjang kuartal I-2025.

Posisi rugi emiten tambang kongsi Keluarga Panigoro dan Grup Salim itu berbalik dari catatan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$129,05 juta atau sekitar Rp2,08 triliun (asumsi kurs Rp16.129 per dolar AS).

Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2025, AMMN mencatatkan penjualan bersih sebesar US$2,12 juta, anjlok 99,66% dari posisi penjualan periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$601,55 juta.

Merosotnya pendapatan bersih AMMN itu disebabkan karena larangan ekspor konsentrat yang berimbas pada minimnya penjualan tembaga dan emas pada kuartal I-2025. AMMN hanya membukukan penjualan tembaga dan emas masing-masing US$247.000 dan US$1,87 juta.

“Pada akhir Maret, kami mencapai tonggak bersejarah, katoda tembaga pertama berhasil diproduksi di smelter baru kami,” kata Presiden Direktur AMMN Alexander Ramlie seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (2/5/2025).

Alexander mengatakan perseroannya telah meminta relaksasi atau pendekatan hibrida untuk tetap memungkin ekspor katoda tembaga dan konsentrat secara paralel.

“Pendekatan ini memberikan fleksibilitas, menjamin kelangsungan arus pendapatan kami dan memastikan kontribusi yang berkelanjutan bagi pemerintah selama fase awal operasi smelter,” kata Alexander.

Di sisi lain, Alexander turut menggarisbawahi soal kebijakan anyar soal royalti yang baru berlaku akhir bulan lalu. Menurut dia, kebijakan anyar itu bakal menjadi tantangan baru non-operasional bagi perseroan.

“Dengan peningkatan tarif yang akan mempengaruhi bisnis kami serta sektor mineral dan pertambangan di Indonesia,” tuturnya.

(naw)

No more pages