Singapura—yang notabene merupakan sentral pencampuran bensin utama di kawasan Asia Tenggara — terus menjadi pemasok utama BBM impor Indonesia dengan pembelian sebanyak 279.000 barel gasoline per hari pada Desember, diikuti oleh Malaysia dengan 97.000 barel per hari, menurut catatan Argus Media.
“Alasan lonjakan permintaan impor tidak dapat dipastikan, tetapi bisa jadi karena peningkatan permintaan bensin RON 92 Indonesia karena pemerintah berupaya memberlakukan pembatasan untuk memastikan bahan bakar bensin RON 90 bersubsidi masuk ke kelompok ekonomi sasaran,” papar lembaga tersebut.
Tender Pertamina
Adapun, Argus memantau PT Pertamina (Persero) telah menerbitkan serangkaian tender bensin spot RON 92 yang sangat cepat untuk dimuat pada Desember.
Tender cepat tersebut muncul karena peningkatan permintaan bensin RON 92 dalam negeri, kata para trader bensin yang berbasis di Indonesia.
“Hal ini merupakan hasil dari kombinasi dari selisih harga RON 90 dan 92 yang lebih sempit dan pembatasan baru,” kata salah satu trader.
Selisih harga bensin RON 92 Singapura, atau harga spot bensin Argus Singapura RON 92 terhadap ICE Brent, rata-rata US$8,18/barel pada Desember, dibandingkan dengan rata-rata US$5,47/barel bulan sebelumnya, menurut data harga Argus.
Adapun, hari ini Bahlil memasitkan Indonesia akan menghentikan impor BBM dari Singapura dan mengalihkannya ke negara lain seperti Amerika Serikat (AS) hingga Timur Tengah.
“Bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti. Jadi kita akan mengambil minyak dari negara lain, yang bukan dari negara itu [Singapura]. [Impor] salah satu negaranya AS,” kata Bahlil ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (9/5/2025)
Rencana tersebut akan dieksekusi dalam waktu enam bulan ke depan, sembari saat ini Pertamina tengah membangun dermaga agar dapat menampung kapal yang besar lagi.
"Kalau [impor] dari Singapura kan kapalnya yang kecil-kecil. Itu juga salah satu alasan. Jadi kita membangun yang besar, supaya satu kali angkut, enggak ada masalah. Maka, pelabuhan yang lebih besar dan kedalamannya harus dijaga," ujarnya, Jumat (9/5/2025).
Dia menyebutkan saat ini porsi impor dari Singapura sebesar 54%—59% dari total konsumsi BBM Indonesia, yang ditaksir mencapai 1,6 juta barel per hari per 2024.
Bukan tidak mungkin, tegas Bahlil, ke depannya tidak ada impor BBM sama sekali oleh Indonesia dari Negeri Singa.
Namun, pengurangan volume impor tersebut menurutnya akan dilakukan secara bertahap. “Bertahap ya. Tahap sekarang mungkin bisa sampai 50% mungkin suatu saat akan nol,” tuturnya.
Bahlil menjelaskan pengalihan impor BBM dari Singapura ke AS juga merupakan bagian dari upaya negosiasi untuk menghindari pengenaan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump.
“Mengalihkan sebagian bukan semuanya, kan kita sudah mempunyai perjanjian dengan Amerika. Salah satu di antara yang kita tawarkan itu adalah kita harus membeli beberapa produk dari mereka. Di antaranya adalah BBM, crude [minyak mentah], dan LPG [gas minyak cair],” jelas Bahlil.
Menurut dia, alasan pemerintah mengalihkan impor BBM dari Singapura ke AS di antaranya karena persoalan geopolitik dan geoekonomi. “Kita kan harus juga membuat keseimbangan bagi yang lain."
Dia pun menegaskan penyetopan impor BBM dari Singapura tidak akan melalui terminasi kontrak karena Indonesia selama ini membeli dari pasar spot.
"Impor itu enggak ada kontrak [jangka panjang]. Impor itu adalah spot, [di mana] barang ada, dibeli. Jadi bukan berarti putus kontrak dalam waktu sekian," tegasnya.
(wdh)
































