China memberlakukan langkah anti-dumping terhadap Cognac sebagai balasan atas tindakan keras Uni Eropa terhadap kendaraan listrik China tahun lalu, dan produsen termasuk Moët Hennessy tidak dapat menjual produknya melalui saluran bebas bea China sejak bulan Desember.
Perlambatan ekonomi di China juga berdampak pada industri barang mewah secara lebih luas, dengan LVMH dan Hermès International SCA bulan lalu melaporkan penjualan yang lebih lemah dari perkiraan.
Saham LVMH bergerak naik-turun di Paris di tengah reli pasar global yang lebih luas. Saham tersebut, yang tidak diperdagangkan pada hari libur nasional Prancis pada Kamis, diturunkan peringkatnya menjadi “equal weight” oleh Barclays.
Pengurangan jumlah karyawan pertama kali dilaporkan oleh media Prancis La Lettre, yang mengutip pesan video internal kepada staf.
Financial Times melaporkan bahwa Moët telah memberlakukan pembekuan perekrutan sejak paruh kedua tahun 2023, mengutip komunikasi internal. Setidaknya 70 dari target sekitar 100 orang diberhentikan di China tahun lalu, menurut laporan tersebut.
LVMH memiliki 215.000 karyawan di seluruh konglomeratnya.
Langkah ini mengikuti perombakan yang terjadi tahun lalu di Moët Hennessy ketika Jean-Jacques Guiony, salah satu tangan kanan pendiri LVMH Bernard Arnault, mengambil alih posisi sebagai CEO. Putra sang miliarder, Alexandre Arnault, juga dipanggil kembali dari perusahaan perhiasan Tiffany & Co yang berbasis di New York untuk menjabat sebagai wakil Guiony.
Perusahaan minuman asal Inggris, Diageo Plc, yang memiliki merek bir Guinness, juga memegang 34% saham di Moët Hennessy.
(bbn)































