Logo Bloomberg Technoz

Para peramal ekonomi saat ini memperkirakan kemungkinan resesi di AS dalam satu tahun ke depan berada pada kisaran 50:50. Konsumen juga semakin cemas bahwa tarif baru akan berdampak pada pasar tenaga kerja dan meningkatkan biaya hidup.

Data PDB terbaru menunjukkan impor melonjak sebesar 41,3% secara tahunan—kenaikan tertinggi dalam hampir lima tahun terakhir. Karena barang dan jasa ini tidak diproduksi di AS, maka nilainya dikurangkan dari PDB. Para ekonom memperkirakan defisit perdagangan yang melebar ini akan berbalik arah pada kuartal kedua.

Biasanya, barang impor langsung dikirim ke gudang atau toko ritel. Namun, laporan menunjukkan bahwa persediaan bisnis justru menyumbang 2,25 poin persentase terhadap PDB kuartal ini—kontribusi terbesar sejak akhir 2021. Lonjakan impor baru-baru ini kemungkinan akan terlihat dalam bentuk kenaikan persediaan dalam beberapa bulan mendatang dan, seiring menyempitnya defisit perdagangan, bisa menjadi penopang PDB kuartal kedua.

Karena fluktuasi dalam perdagangan dan persediaan bisa mendistorsi data PDB secara keseluruhan, para ekonom kerap melihat data penjualan akhir kepada pembeli domestik swasta sebagai cerminan permintaan yang lebih akurat. Ukuran ini tumbuh 3% pada kuartal pertama, naik dari 2,9% secara tahunan di akhir 2024.

Pertumbuhan belanja konsumen didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk layanan dan barang tidak tahan lama (nondurable goods) secara luas.

Namun, berbagai survei mengenai sentimen konsumen menunjukkan penurunan tajam, memunculkan keraguan atas kemampuan rumah tangga untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumen berpendapatan rendah sudah terbebani harga tinggi, sementara kalangan kaya turut terdampak oleh penurunan harga saham tahun ini.

Sementara itu, investasi bisnis untuk peralatan naik 22,5% secara tahunan. Selain lonjakan pengiriman pesawat komersial setelah berakhirnya mogok kerja di Boeing Co, produksi peralatan pengolahan informasi dan komputer juga mengalami kenaikan signifikan.

Para ekonom juga melihat tarif sebagai beban bagi belanja modal, dan sejumlah perusahaan telah mengakui dalam musim laporan keuangan kali ini bahwa prospek konsumen ke depan akan semakin menantang.

Perusahaan ritel Tractor Supply Co dan produsen alat rumah tangga Whirlpool Corp termasuk di antara perusahaan yang mencatatkan penurunan dalam belanja diskresioner dan penjualan barang bernilai tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Banyak eksekutif menyebutkan menurunnya kepercayaan konsumen dan kemungkinan munculnya sikap lebih hati-hati dalam belanja.

“Sulit membayangkan kondisi pasar yang lebih kacau dibanding yang kami alami dalam beberapa bulan terakhir,” ujar Richard Westenberger, Chief Financial Officer sekaligus Chief Operating Officer Carter’s Inc, produsen pakaian bayi, dalam konferensi laporan keuangan perusahaan pada 25 April.

Di sisi lain, laporan PDB juga menunjukkan bahwa salah satu indikator inflasi inti meningkat menjadi 3,5% secara tahunan pada kuartal pertama—laju tercepat dalam satu tahun terakhir. Data rinci mengenai inflasi dan belanja konsumen untuk bulan Maret dijadwalkan rilis pagi ini.

Ketidakpastian dampak tarif terhadap inflasi maupun perekonomian secara luas telah menempatkan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dalam posisi sulit. Para pembuat kebijakan menyatakan belum akan menurunkan suku bunga sampai mereka mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai dampak kebijakan Gedung Putih terhadap ekonomi.

Meski pemerintahan Trump telah menangguhkan sebagian tarif yang paling memberatkan selama 90 hari sejak diumumkan awal bulan ini, tingkat tarif efektif AS kini hampir menyentuh 23%—yang tertinggi dalam lebih dari satu abad, menurut Bloomberg Economics. Ketidakpastian juga meningkat akibat sejumlah pengecualian terhadap tarif baru yang sebelumnya telah diumumkan.

Presiden dan para penasihat ekonominya melihat tarif sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang melalui kebangkitan industri manufaktur. Trump juga berharap bisa mendorong ekspor, menutup defisit perdagangan dengan mitra dagang AS, meningkatkan penerimaan negara, dan memperkuat keamanan nasional.

(bbn)

No more pages