"Penurunan signifikan," ujar Bendahara Negara.
Di AS sendiri, tambah Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini hanya 1,8%. Padahal awalnya diperkirakann 2,7%.
"Ini menjadi perdebatan sengit di AS. Apakah itu (kebijakan tarif) adalah right policy untuk menjaga inflasi atau growth," ungkap Sri Mulyani.
Untuk China, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 4%. Lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yaitu 4,6%.
Indonesia tidak ketinggalan. IMF merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi dari 5,1% menjadi 4,7% untuk tahun ini.
"Kalau melihat koreksi di Indonesia relatif lebih kecil, tetapi tidak berarti tidak terkoreksi. Kita perlu kerja keras untuk membuat kompensasi mitigasi dari lingkungan global yang tidak bisa kita kontrol sepenuhnya," kata Sri Mulyani.
(aji)



























