Logo Bloomberg Technoz

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia hanya mencapai 3,9% pada tahun ini dan 4% pada 2026, jauh di bawah ekspektasi sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan revisi kumulatif sebesar 0,8 poin persentase dari proyeksi sebelumnya — penyesuaian terbesar sejak masa pandemi. Srinivasan menambahkan bahwa proyeksi terbaru ini pun masih menghadapi “risiko penurunan signifikan,” tergantung pada hasil negosiasi dagang dengan AS.

Meski begitu, ia menekankan bahwa fundamental ekonomi Asia saat ini “jauh lebih baik” dibanding masa krisis keuangan 1997-1998, ketika IMF harus turun tangan menyelamatkan Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand. Perbedaan utama terletak pada kerangka kebijakan yang lebih kredibel, bank sentral yang independen, serta ketidaksesuaian mata uang yang lebih kecil dalam neraca keuangan negara-negara tersebut.

IMF juga mendorong negara-negara Asia untuk mulai mengandalkan perekonomian domestik guna mendorong pertumbuhan. Selain itu, dibutuhkan reformasi struktural yang dapat merangsang konsumsi dan investasi, yang hingga kini masih belum sepenuhnya pulih ke level sebelum pandemi.

Biaya pinjaman yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong permintaan dan membantu negara-negara yang tengah menghadapi tekanan deflasi, seperti China dan Thailand. Namun demikian, Srinivasan mengingatkan agar dukungan fiskal tetap “terarah dan berbatas waktu,” mengingat defisit anggaran masih tinggi pasca-Covid.

(bbn)

No more pages