Pada Minggu, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan gencatan senjata, meski tidak ada laporan mengenai serangan besar menggunakan rudal atau drone dalam skala besar seperti yang kerap terjadi sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina dimulai—yang kini memasuki tahun keempat.
Meski begitu, kantor berita negara Tass mengutip pernyataan resmi Rusia yang mengakui bahwa "selama siang hari, intensitas tembakan dan operasi tempur" oleh pasukan Ukraina di garis depan mengalami penurunan signifikan.
Putin sebelumnya memang pernah menawarkan jeda singkat dalam pertempuran, termasuk selama perayaan Natal Ortodoks pada 2023. Namun, ia menegaskan tidak akan menyetujui gencatan senjata penuh sebelum ada kemajuan dalam kesepakatan damai final yang sesuai dengan tuntutan perang Rusia, serta penghentian pasokan senjata dari sekutu Barat ke Ukraina.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu menyatakan bahwa ia bisa saja menghentikan upaya Gedung Putih dalam menengahi konflik tersebut jika tidak ada kesepakatan yang tercapai dalam waktu dekat. Pernyataan ini muncul setelah Rusia mengumumkan bahwa jeda selama satu bulan dalam penargetan infrastruktur energi Ukraina telah berakhir. Rusia juga menolak untuk bergabung dalam moratorium serangan di Laut Hitam, kecuali jika mendapat konsesi terkait pelonggaran sanksi terhadap salah satu bank negara utama mereka.
(bbn)






























