Negosiasi ini menghadapi batu sandungan pertama setelah Iran menuduh utusan Trump yang memimpin delegasi AS, Steve Witkoff, mengirim sinyal yang tidak jelas tentang tujuan Washington.
Witkoff menuntut Iran menghentikan program pengayaan uranium setelah sebelumnya mengatakan Iran seharusnya tidak diizinkan untuk memperkaya uranium melebihi kemurnian 3,67%, konsentrasi yang sesuai untuk reaktor nuklir, tetapi jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk merakit bom.
Merespons sekutu Trump tersebut, Araghchi menegaskan bahwa hak Iran untuk memperkaya uranium tidak bisa dinegosiasi. Dia menambahkan, pihaknya perlu mendengarkan pandangan AS dalam sesi negosiasi tersebut.
"Jika mereka terus menyampaikan posisi yang saling bertentangan dan kontradiktif, segalanya akan menjadi sulit," kata Araghchi kepada TV pemerintah.
Bloomberg bulan lalu melaporkan Trump meminta Putin untuk membantu berkomunikasi dengan Iran mengenai program nuklirnya melalui sambungan telepon pada Februari.
Kemlu di Teheran mengatakan bahwa Araghchi, yang berencana menyampaikan surat kepada Presiden Rusia dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, akan berkonsultasi dengan Moskow mengenai pembicaraan dengan AS.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bertemu dengan Putin di Moskow secara terpisah pada hari yang sama. Penguasa Qatar ini mengadakan pembicaraan dengan Khamenei pada Februari di Teheran. Negara Teluk yang kaya energi ini menawarkan untuk menjadi mediator dalam negosiasi Iran dengan AS.
Rusia dan Iran telah membangun hubungan perdagangan dan pertahanan yang semakin erat sejak Putin menginvasi Ukraina pada tahun 2022. Teheran memasok pesawat nirawak atau drone ke Moskow, yang digunakan dalam perang dengan negara tetangganya, yang merupakan bekas Uni Soviet.
(bbn)































