Logo Bloomberg Technoz

MIND ID sejatinya tengah memperhitungkan dampak proyek DME sebagai substitusi LPG. Proyek tersebut sebelumnya masuk dalam 21 proyek hilirisasi tahap pertama di bawah Satgas Percepatan Hilirisasi yang akan diprioritaskan dan digarap oleh BUMN melalui anggotanya PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Perhitungan Harga

Dalam perhitungan MIND ID, kata Dilo, harga gas LPG yang berasal dari DME jauh lebih mahal dibandingkan dengan jika pemerintah mengimpor LPG dari Arab Saudi melalui Saudi Aramco.

Dilo menuturkan harga DME sebagai substitusi LPG bisa tercapai jika harga LPG impor dari Saudi Aramco naik hingga di atas US$ 1.000/metrik metrik (MT). Artinya, nilai keekonomian dari DME hanya bisa tercapai jika harga impor LPG lebih tinggi.

Akan tetapi, nilai keekonomian ini tidak akan tercapai jika harga LPG Saudi Aramco jauh lebih murah, misalnya di bawah US$800/MT.

"Kalau di bawah, sekarang [harga LPG Aramco] kan di bawah US$800/MT. Dampaknya batu bara akan dihargai US$16/ton," imbuhnya.

Berdasarkan data 3MCO, harga LPG Saudi Aramco sejak Januari tahun ini berada pada kisaran US$625/MT hingga US$615/MT.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyatakan telah menyiapkan anggaran sekitar Rp300 miliar untuk mengembangkan pilot project hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis.

Biaya proyek pilot tersebut menggunakan kas internal perseroan dan tidak menggunakan bantuan dari Danantara, seperti proyek gasifikasi batu bara DME.

PTBA telah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam pengembangan artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai ion litium (Li-ion) tersebut.

Peluncuran perdana proyek uji coba itu telah berlangsung di kawasan industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024.

Arsal mengatakan studi kelayakan proyek tersebut akan rampung tahun ini. Selanjutnya, kata Arsal, proyek bisa dilanjutkan pada tahapan pembangunan dan komersialisasi untuk 3 tahun berikutnya.

“Pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet itu merupakan wujud komitmen PTBA dalam mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara,” kata Arsal saat konferensi pers Kinerja Keuangan dan Operasional Tahun Buku 2024 PTBA, Senin (14/4/2025).

Di sisi lain, dia berpendapat, hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis lebih ekonomis ketimbang DME. Alasannya, grafit sisntesis dapat memperkuat ekosistem baterai kendaraan listrik dengan mengolah batu bara menjadi anoda,  komponen dari baterai kendaraan listrik.

“Hilirisasi artificial graphite lebih ekonomis dibandingkan DME, nanti akan dilakukan kajian lagi. Jadi kami di MIND ID sebagai anggota holding ini dari artificial graphite ini bisa menjadi anoda,” tuturnya.

Dengan demikian, seluruh komponen baterai kendaraan listrik nantinya 90% berasal dari produk dalam negeri. Jika diharuskan untuk impor, kata Arsal, maka nilainya terbilang kecil.

Arsal juga menyebut, kalau pun PTBA hanya menjual lembaran grafit nantinya akan tetap menguntungkan karena pasar dari produk tersebut akan tetap ada.

“Padahal kalau kita sampai artificial graphite cuma sampai lembaran-lembaran, kalau dijual, secara komersil tetap menguntungkan dan pasarnya, berdasarkan analisa kawan-kawan Kemenperin tetap ada dan ada prospek,” imbuhnya.

(mfd/wdh)

No more pages