Dalam kaitan itu, Wijayanto menilai kebijakan MBG masih bersifat sentralistis, sehingga hanya memberikan stimulus kepada kelompok tertentu.
Selain itu, Wijayanto juga menyoroti kebijakan 3 Juta Rumah di tengah daya beli yang melemah. Dengan kondisi tersebut, terdapat potensi krisis subprime mortgage versi Indonesia. Kala itu, Amerika Serikat memfasilitasi rakyat untuk memiliki rumah, termasuk yang berpenghasilan rendah.
Namun, ketika ekonomi mengalami perlambatan dan menyebabkan PHK, masyarakat AS tidak sanggup melanjutkan cicilan sehingga banyak rumah yang dikembalikan. Akibatnya, banyak rumah yang dijual dengan murah dan menurunkan harga properti.
Terakhir, yang berkaitan dengan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih, Wijayanto menggarisbawahi pemerintah sebenarnya bisa menjalankan program tersebut secara bertahap.
Dikonfirmasi secara terpisah, Guru Besar Ilmu Ekonomi Moneter Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty mengatakan, pemerintah harus bisa mengomunikasikan dan memantau implementasi program prioritas agar bisa melihat dampaknya ke pertumbuhan ekonomi.
"Contoh seperti MBG, katanya bisa meningkatkan usaha mikro kecil dan menengah [UMKM)] tetapi ada beberapa cerita belum dibayar. Jadi bagaimana bisa menghasilkan kegiatan ekonomi kalau pencairan dana terhambat?," ujar Telisa kepada Bloomberg Technoz.
Dengan demikian, Telisa mengatakan program-program tersebut harus melibatkan UMKM serta implementasinya harus diawasi. Sehingga, anggaran negara yang dialokasikan kepada program tersebut bisa digunakan dengan maksimal.
"Kalau ada hambatan regulasi, perlu dicek, perlu sering blusukan untuk melihat sejauh mana dampak atau penggunaan dari dana tersebut. Supaya bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi yang optimal," ujarnya.
Daya Beli Tergerus
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Andry Asmoro melaporkan tingkat tabungan kelompok bawah dan atas dalam tren yang melambat pada periode Ramadan 2025.
Dalam laporan Mandiri Institute per 6 April 2025, tingkat tabungan kelompok bawah terus melambat dan berada pada level terendah pada Ramadan 2025. Hal ini dinilai menunjukkan daya beli yang makin tergerus.
Sebagai gambaran, indeks tingkat tabungan kelompok bawah berada pada level 79,8 pada Maret 2025, turun dari 84,4 pada Maret 2024.
"Tingkat tabungan kelompok bawah biasanya meningkat di periode Ramadan, tetapi tahun ini terus melambat dan berada di level terendah, menunjukkan daya beli yang makin tergerus," ujar Asmoro dalam laporan Mandiri Institute, dikutip Rabu (16/4/2025).
(lav)






























