Presiden Donald Trump pekan lalu mengumumkan berbagai tarif baru yang agresif, termasuk pungutan 10% untuk semua barang impor dan tarif resiprokal pada negara-negara mitra dagang utama AS.
Pekan ini, pemerintahan Trump mengubah arah sebagian kebijakannya, mengumumkan jeda 90 hari untuk tarif resiprokal, tapi mengecualikan tarif terhadap China. Meski begitu, menurut Bloomberg Economics, perhitungan rata-rata tertimbang tarif tetap berkisar sekitar 26%.
Penurunan Treasury AS yang disebabkan kebijakan perdagangan Trump membuat imbal hasil jangka panjang melonjak dalam beberapa hari terakhir. Berbicara dalam sesi tanya jawab setelah berpidato, Collins berkata, "Pasar keuangan terus likuid, dan berkinerja sangat baik."
"Saya pikir itu adalah hal yang penting untuk ditekankan," tambahnya.
Collins mengatakan stafnya telah memperkirakan tarif impor yang efektif di atas 10% akan meningkatkan indikator inflasi yang disukai The Fed secara kumulatif sebesar 0,7 hingga 1,2 poin persentase, di mana sebagian besar dampaknya mungkin terasa tahun ini. Indikator inflasi itu mencapai 2,8% sepanjang tahun hingga Februari.
Dia terus memperkirakan inflasi akan berangsur-angsur kembali ke target 2% The Fed dalam "jangka menengah."
Gubernur The Fed Boston ini juga mengantisipasi pertumbuhan ekonomi akan melambat di bawah "tren yang sudah melambat pada tahun 2025" karena permintaan lebih rendah daripada pasokan. Collins mengatakan pandangannya bahwa pertumbuhan yang lebih lambat, "bukan penurunan yang signifikan."
Collins bergabung dengan sejumlah pejabat The Fed yang mengisyaratkan preferensi mereka untuk terus mempertahankan suku bunga setelah Trump mengumumkan tarif baru-baru ini.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa pungutan tersebut jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Namun, ia menegaskan kembali pandangannya bahwa para pembuat kebijakan tidak perlu terburu-buru menyesuaikan suku bunga.
Ekspektasi Inflasi
"Sulit untuk menentukan efek bersih dari perkembangan pasokan ini, terutama karena pada saat ini, kita masih belum mengetahui semua rincian perubahan kebijakan pemerintah dan dampaknya," kata Collins.
Dia mengingatkan bahwa estimasi ekspektasi inflasi jangka panjang akan menjadi "penentu penting" kebijakan moneter.
Jika ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik, "sikap kebijakan yang terus memberikan beberapa pengekangan [moderat] pada permintaan akan menjaga kondisi pasar tenaga kerja yang sehat, sekaligus pada akhirnya membantu memfasilitasi kembalinya inflasi ke target The Fed," ujarnya.
Sebagian besar indikator ekspektasi inflasi jangka panjang tetap stabil. Namun, Collins menilai lonjakan baru-baru ini pada indeks Universitas Michigan—yang telah naik ke level tertinggi sejak 1993—"merupakan pengecualian dan perlu diwaspadai."
(bbn)






























