Logo Bloomberg Technoz

Saat ini, dia menggarisbawahi, perseroan tengah melakukan diversifikasi pasar ekspor dan memperkuat hubungan dengan negara-negara tujuan ekspor selain AS. 

Ilustrasi timah (Dok: Mind ID)

Langkah itu diambil untuk mengurangi ketergantungan ekspor pada negara-negara tertentu dan mengantisipasi risiko eksternal yang tidak dapat dikendalikan perseroan. 

“Memperkuat hubungan dengan negara-negara tujuan ekspor selain AS, termasuk negara-negara Asia, Eropa, dan wilayah lainnya,” tuturnya.

Harga logam timah global bergerak fluktuatif sepanjang 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi makro dan perkembangan pasokan di pasar. 

Harga rata-rata logam timah Cash Settlement Price London Metal Exchange (LME) pada 2024 sebesar US$30.177,45/ton atau naik 16,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$25.959,04/ton.

Sementara itu, proyeksi harga timah menurut Bloomberg berada di rentang US$28.000 per ton sampai dengan US$31.000 per ton. 

Persediaan timah di gudang LME pada akhir Desember 2024 berada di level 4.800 ton, turun 35,6% dari awal tahun 2024 (5 Januari 2024) di posisi 7.450 ton.

Berdasarkan CRU Tin Monitor (Februari 2025), pertumbuhan produksi logam timah global pada 2024 diperkirakan naik 1,4% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 371.880 ton. 

Di sisi lain, konsumsi logam timah global pada 2024 diperkirakan susut 2,6% secara tahunan menjadi 372.720 ton. 

Kinerja Keuangan 

TINS membukukan pendapatan sebesar Rp10,86 triliun sepanjang 2024 atau meningkat 29,37% dibandingkan dengan raihan pada 2023 di level Rp8,39 triliun. 

Beban pokok pendapatan perseroan naik 1,26% dari Rp7,93 triliun pada 2023 menjadi Rp8,03 triliun pada 2024. Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp1,76 triliun dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp2,71 triliun atau 396% dari 2023.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani mengatakan perseroan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp1,19 triliun di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. 

Adapun, torehan laba bersih itu lompat 364% dibandingkan dengan catatan kinerja 2023 yang sempat minus atau rugi bersih sebesar Rp449,67 miliar. 

“Di tengah kondisi ekonomi makro dan pasokan logam timah global yang kurang mendukung, perseroan berhasil mencapai kinerja yang cemerlang pada 2024,” kata Fina lewat keterangan resmi dikutip, Rabu (9/4/2025). 

Sampai akhir 2024, Quick Ratio TINS sebesar 73,2%, Current Ratio sebesar 222,0%, Debt to Asset Ratio sebesar 41,8%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 71,8%.

Di sisi lain, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 19.437 ton Sn pada akhir 2024, naik 31% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 14.855 ton Sn.

Produksi saat itu didorong peningkatan jumlah unit tambang darat, produktivitas objek tambang laut, dan optimalisasi arah penggalian dengan melakukan bor pandu pada blok rencana kerja.

Adapun, produksi logam timah naik 23% menjadi 18.915 metrik ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 15.340 metrik ton. 

Sementara itu, penjualan logam timah naik 22% menjadi 17.507 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 14.385 ton. Harga jual rata-rata logam timah sebesar USD31.181 per ton, naik 17% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar USD26.583 per ton.

Pada 2024, TINS mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 12% dan ekspor logam timah sebesar 88% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Korea Selatan 19%; Singapura 18%; Jepang 15%; Belanda 12%; India 10%; dan China 7%.

(naw/wdh)

No more pages