Logo Bloomberg Technoz

We are ready to remove all tariffs on U.S. imports to ensure stability and cooperation."

(Kami siap menghapus semua tarif atas impor dari AS untuk memastikan stabilitas dan kerja sama.)

Demikian diungkapkan perwakilan Kementerian Perdagangan Vietnam.

Situasi semakin memanas setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif menjadi 50% terhadap impor dari Tiongkok jika Negeri Tirai Bambu tidak mencabut tarif balasan mereka sebelum 8 April. Kondisi ini mendorong volatilitas pasar global, namun di sisi lain juga membuka peluang reposisi strategi perdagangan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

Sentimen Pasar Global & Fokus Data Ekonomi

Pasar saham AS ditutup melemah pada Senin (7/4/2025), dengan indeks Dow Jones turun 0,91% dan S&P 500 terkoreksi 0,23%, menyusul kekhawatiran atas eskalasi perang dagang. Investor global kini menantikan sejumlah rilis data penting pekan ini, termasuk data inflasi AS (CPI Maret) yang diperkirakan berada di level 2,6% secara tahunan dan inflasi inti 3,0%.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, mencoba meredam kepanikan pasar dengan mengatakan:

Tariffs may cause a temporary rise in prices, but our focus remains on underlying inflation trends.”

(Tarif mungkin menyebabkan kenaikan harga sementara, tapi fokus kami tetap pada tren inflasi yang mendasar.

Fokus Domestik: Inflasi Ramadan & Stabilitas Rupiah

Dari dalam negeri, inflasi bulan Maret diperkirakan meningkat seiring berakhirnya program diskon listrik pemerintah dan naiknya permintaan masyarakat menjelang Lebaran. Bank Indonesia diperkirakan akan tetap hadir di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang diproyeksi bergerak di kisaran Rp16.610 hingga Rp16.840 per dolar AS hari ini.

Nilai tukar rupiah pada penutupan 26 Maret lalu menguat tipis sebesar 0,12% ke level Rp16.560 per dolar AS. Sejauh tahun berjalan, rupiah tercatat melemah sebesar 2,84%. Namun penguatan menjelang libur menunjukkan bahwa pelaku pasar masih melihat fundamental domestik secara positif.

“Meskipun tensi global meningkat, pasar domestik punya buffer kuat lewat BI intervention dan kestabilan permintaan domestik selama Ramadan," demikian Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri dalam laporannya pagi ini.

Pasar Saham & Obligasi Siap Melanjutkan Momentum

Sebelum libur panjang, IHSG ditutup menguat 0,59% ke level 6.510,62 dengan aliran dana asing mencatat net inflow sebesar Rp623,6 miliar. Meskipun IHSG masih terkoreksi 8,04% secara year-to-date, penguatan jelang libur menjadi sinyal positif bahwa pelaku pasar masih menaruh kepercayaan terhadap prospek jangka menengah.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun dalam rupiah turun signifikan sebesar 12,2 bps menjadi 7%. Di saat yang sama, yield obligasi pemerintah dalam dolar AS naik tipis menjadi 5,32%.

Meskipun pasar global sedang bergejolak, pembukaan kembali pasar Indonesia hari ini membawa angin segar dan peluang baru. Dengan kebijakan moneter yang responsif dan fundamental ekonomi yang tetap solid, Indonesia berpeluang menjaga stabilitas dan bahkan menarik keuntungan dari perubahan peta perdagangan global.

“Saat dunia dihantui ketidakpastian, fleksibilitas dan ketahanan domestik justru menjadi nilai jual utama pasar Indonesia," tutup Andry Asmoro.

(red)

No more pages