Yoshiaki Nohara - Bloomberg News
Bloomberg, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan tindakan balasan terhadap tarif 25% dari pemerintahan Trump atas impor mobil Amerika Serikat (AS).
“Kita harus mempertimbangkan tanggapan yang tepat, dan tentu saja semua opsi ada di atas meja,” kata Ishiba pada hari Kamis di parlemen.
“Intinya adalah kita harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk kepentingan nasional Jepang.”
Hal tersebut disampakan Ishiba merespons tindakan Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru yang akan mulai berlaku pada 2 April untuk semua mobil yang tidak dibuat di AS. Pungutan ini akan memukul Tokyo meskipun para menteri Jepang telah berulang kali meminta pengecualian dan pertemuan pada bulan Februari di mana Ishiba berjanji untuk membeli lebih banyak gas alam cair AS dan meningkatkan investasi Jepang ke AS hingga $ 1 triliun.
“Kami berinvestasi di AS, kami menyediakan lapangan kerja, dan kami membayar upah tertinggi. Kami adalah investor terbesar di AS,” kata Ishiba. “Kami harus dengan jelas menyatakan bahwa tidak benar memperlakukan semua negara dengan cara yang sama.”
Tarif-tarif ini kemungkinan hanya akan memberikan pukulan kecil bagi perekonomian Jepang, sebagian karena produsen mobil di negara Asia ini akan tetap memiliki daya saing yang relatif tinggi, mengingat langkah ini akan berlaku untuk semua negara, menurut Goldman Sachs.
Sektor otomotif adalah pilar utama ekonomi Jepang dan perdagangannya dengan AS. Tahun lalu, mobil dan suku cadang mobil menyumbang lebih dari sepertiga ekspor Jepang ke AS, yang merupakan tujuan ekspor terbesarnya. Perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan otomotif termasuk penyedia material mempekerjakan 5,58 juta orang di negara ini, atau 8,3% dari total tenaga kerja, menurut Asosiasi Produsen Mobil Jepang.
Berbicara setelah Ishiba dalam sebuah konferensi pers, juru bicara pemerintah Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan bahwa negara tersebut telah meminta pembebasan tarif.
“Fakta bahwa Jepang juga menjadi sasaran sangat disesalkan,” kata Hayashi. “Perusahaan-perusahaan Jepang telah memberikan kontribusi besar pada perekonomian AS.”
Namun, para analis memperkirakan dampak dari penerapan tarif otomotif sebesar 25% ini terhadap produk domestik bruto (PDB) Jepang akan relatif kecil.
Goldman Sachs memperkirakan tarif mobil hanya akan mengurangi sedikit lebih dari 0,1 poin persentase dari tingkat pertumbuhan PDB Jepang, analis Tomohiro Ota, Akira Otani, dan Yuriko Tanaka menulis dalam sebuah laporan.

Kenichi Kawasaki, seorang profesor di National Graduate Institute for Policy Studies, memperkirakan bahwa tarif-tarif tersebut kemungkinan akan memangkas produksi mobil di Jepang sebesar 5,8%. Namun, Kawasaki, mantan direktur Kantor Kabinet untuk prospek ekonomi, juga memperkirakan bahwa produksi mobil di Kanada dan Meksiko akan turun masing-masing 26,6% dan 20,3%, menambah penderitaan produsen mobil Jepang yang membuat mobil di negara-negara tersebut.
Kawasaki juga memperkirakan bahwa dampak tarif terhadap perekonomian secara keseluruhan akan terbatas, kurang dari 0,1% dari PDB riil dalam hal volume.
Saham-saham produsen mobil Jepang merosot pada hari Kamis menyusul berita tentang tarif mobil, dengan Toyota Motor Corp, produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan pengiriman, merosot sebanyak 4%. Yen menguat terhadap dolar pada Kamis pagi. Sementara itu, Mitsubishi Motors Corp. mengatakan sedang mempertimbangkan peluang baru untuk berinvestasi dalam produksi di AS.
(bbn)