XL memang tidak memiliki spektrum ini, yang dikenal sebagai spektrum berkapasitas besar dan ideal untuk kawasan bisnis dengan kepadatan pengguna tinggi.
"Secara cakupan, untuk satu luas kawasan sama yang dilayani spektrum frekuensi 800 Mhz, 900 MHz, 1.800 MHz, jumlah BTS di spektrum 2.300 MHz lebih banyak, bisa 1:10, sehingga kapasitasnya, jumlah pelanggan yang bisa dilayani lebih banyak," ucap Hendro.
Potensi Lonjakan Jumlah Pelanggan
Di sisi lain, Hendro juga menyoroti proses merger XL dan Smartfren berpotensi menambah jumlah pelanggan hingga 10 juta, serupa dengan yang terjadi pada Indosat Ooredoo Hutchison pasca merger tahun 2022. "Ini yang akan terjadi juga pada merger XL (XL Axiata) dan Fren (Smartfren). Mereka bisa saja mendapat penambahan pelanggan sampai 10 jutaan, sehingga jumlah pelanggan akan jadi 105 jutaan," jelasnya.
Rapor Operator Seluler: Telkomsel Unggul di Unduh, XL di Gim
Merger XL-FREN juga membawa konsekuensi terkait regulasi spektrum frekuensi. Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), akan menarik sebagian spektrum yang dimiliki oleh operator hasil merger.
Dalam kasus XL-Fren, frekuensi yang akan dikembalikan adalah 2 x 7,5 MHz di rentang 900 MHz yang saat ini dimiliki EXCL. Spektrum tersebut nantinya akan dilelang oleh Kominfo, dan XL Smart berpeluang untuk memenangkannya kembali. Namun, persaingan dalam lelang ini diprediksi akan sengit, mengingat spektrum 900 MHz saat ini masih digunakan untuk layanan 2G dan 4G LTE.
"Selama ini spektrum frekuensi 900 MHz digunakan untuk layanan seluler generasi 2 (2G) dan 4G LTE, bisa jadi seru pertarungan di lelangnya nanti, karena Indosat atau Telkomsel juga berminat," pungkasnya.
Imbas Merger dengan EXCL, Pemegang Waran FREN 'Dipaksa' Rugi
Sekadar catatan, EXCL dan FREN akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 Maret 2025. Rencana kegiatan RUPS ini akan menjadi perhatian investor yang menunggu kepastian rencana penggabungan kedua entitas perusahaan. Berdasarkan kesepakatan yang telah dicapai pada 11 Desember 2024, FREN akan melebur ke dalam EXCL, yang akan menjadi surviving entity. Kini, restu pemegang saham menjadi faktor kunci untuk menuntaskan transaksi besar ini.
Merger antara keduanya juga disebut aka memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan Average Revenue Per User (ARPU) di Indonesia. Sejak periode 2013 hingga 2023 terjadi kenaikan Rp30.000 menjadi Rp41.000 ARPU.
Menurut Group Chief Executive Officer Axiata Group (EXCL), Vivek Sood, dengan penggabungan kedua perusahaan, portofolio spektrum akan menjadi lebih seimbang, menyerupai struktur spektrum dari operator besar lainnya di Indonesia.
Keputusan penggabungan dua entitas provider seluler ini, lanjut Viviek, akan memberikan posisi strategis untuk bersaing di pasar seluler yang semakin kompetitif. "Dan ini juga akan memungkinkan kita untuk meningkatkan jaringan dan memberikan pengalaman yang jauh lebih baik," ujar Viviek bulan Desember silam.
Detail Merger EXCL-FREN, Sinar Mas Tak Wajib Gelar Tender Offer
Dalam paparan, Viviek menunjukkan, ARPU di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Presentasi ARPU Indonesia dari GDP per kapita tergolong rendah di kawasan Asia:
- Kamboja 1,9%
- Vietnam 1,2%
- Thailand 1,1%
- India 0,9%
- Filipina 0,8%
- Malaysia 0,8%
- Indonesia 0,6%
- Bangladesh 0,6%
- Sri Langka 0,4%.
(wep)

































