Logo Bloomberg Technoz

Jonnelle Marte & Liz Capo McCormick-Bloomberg News

Bloomberg, Jerome Powell menghadapi tugas yang sulit minggu ini, yaitu meyakinkan investor bahwa ekonomi tetap kokoh sekaligus menyampaikan bahwa para pembuat kebijakan tetap harus siap turun tangan jika diperlukan.

Meskipun ketua The Fed telah memuji ketahanan AS, kegelisahan yang dipicu oleh perang dagang Presiden Donald Trump telah menyebabkan kejatuhan bursa saham. Imbal hasil obligasi juga turun, begitu pula sentimen konsumen karena kekhawatiran tentang prospek ekonomi.

"Powell perlu memberikan semacam sinyal bahwa mereka sedang mengawasinya," kata Dominic Konstam, Head of Macro Strategy Mizuho Securities USA. 

Meskipun petinggi Fed itu kemungkinan akan menjelaskan bahwa para pejabat tidak menargetkan pasar saham, namun penurunan baru-baru ini juga tidak bisa dikesampingkan.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga saat pertemuan pada 18-19 Maret, tetapi para pelaku pasar sekarang melihat peluang tinggi untuk tiga kali pemotongan suku bunga tahun ini dan kemungkinan besar dimulai pada bulan Juni. 

Para ekonom umumnya memperkirakan dua kali pemotongan, mirip dengan apa yang diramalkan oleh para analis dalam proyeksi terbaru para pembuat kebijakan pada hari Rabu.

Beberapa investor memperingatkan bahwa jika para pejabat The Fed terus mengisyaratkan hanya dua kali pemotongan pada tahun 2025, maka semakin penting bagi kepala Fed untuk menekankan kesediaan bank sentral untuk menyesuaikan biaya pinjaman jika pasar tenaga kerja tersendat.

"Pada margin, Fed dapat membuatnya sedikit lebih baik atau sedikit lebih buruk," kata James Athey, seorang manajer portofolio dari Marlborough Investment Management. 

"Tetapi, jelas mereka tidak dapat sepenuhnya menenangkan pasar karena pukulan terhadap sentimen sebagian besar berasal dari Gedung Putih."

Di atas ancaman tarif yang meningkat dan terus berubah terhadap mitra dagang terbesar Amerika Serikat (AS), pemerintahan Trump belum berbuat banyak untuk mengecilkan risiko resesi. 

Presiden mengatakan pada tanggal 9 Maret bahwa ekonomi AS menghadapi “periode transisi,” dan Menteri Keuangannya Scott Bessent mencatat bahwa AS dan pasar membutuhkan “detoksifikasi.”

(bbn)

No more pages