Pasalnya, Trump menegaskan kebijakan ini bersifat budget neutral, artinya pemerintah AS tidak akan menambah jumlah cadangan, tetapi hanya menahan aset yang sudah dimiliki dari hasil penyitaan silk road atau jalur sutra).
Menurut Timothy, kondisi ini mengingatkan pada situasi saat ETF Bitcoin pertama kali diperkenalkan melalui produk Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) yang diluncurkan pada tahun 2013 sebagai dana investasi Bitcoin swasta.
Sekadar catatan, Grayscale merupakan perusahaan manajemen aset mata uang digital AS dan anak perusahaan dari Digital Currency Group yang didirikan pada tahun yang sama.
Kemudian, pada tahun 2015, Grayscale Bitcoin Trust (OTCQX: GBTC) mulai diperdagangkan secara over-the-counter di pasar OTCQX, sekaligus jadi produk ETF bitcoin pertama yang diperdagangkan secara publik di pasar AS.

"Belum ada pembelian secara signifikan yang diekspektasikan oleh para pelaku pasar. Jadi menurut saya apakah fenomena ini mirip seperti zaman ETF waktu Grayscale di-approve? Waktu GBTC ini mirip sekali," jelasnya.
Artinya, meskipun saat ini keputusan AS belum mendorong lonjakan harga Bitcoin secara langsung, tetapi langkah ini dapat menjadi pemicu efek domino di masa depan.
Saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk “Timothy Ronald & Oscar Darmawan: AS Serok Bitcoin, RI Kebingungan” di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Timothy Ronald, Crypto Key Opinion Leader, serta Oscar Darmawan, Chief Executive Officer Indodax.
(prc/wep)